Manfaatkan Angin Hingga Sawit, Pengembangan Energi Hijau Terus Dipacu

Rabu, 29 Juli 2020 - 15:32 WIB
Warga melintas di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (9/72020). Foto/Dok SINDOphoto/Muchtamir Zaide
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) akan terus dioptimalkan. Seperti diketahui, Indonesia mempunyai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Hingga Mei 2020 realisasi bauran EBT masih sebesar 14,2%.

"Memang penggunaan energi fosil kita masih dominan terutama batu bara. Namun demikian, angkanya dalam 5 tahun terakhir EBT terus meningkat. Kita tetap optimis tahun 2025 EBT sesuai dengan target yang kita tanamkan," ujarnya pada IDX Channel Market Review, Rabu (29/7/2020). (Baca juga: Green Booster PLN Disebut Bakal Genjot Energi Terbarukan, Apa Itu? )

Djoko mengakui, pengembangan EBT di tengah pandemi Covid-19 ini tidak mudah mengingat energi fosil seperti minyak mentah harganya saat ini sangat murah. "Tahun ini kita akan menggalakkan energi panas bumi. Kita juga akan terus membangun EBT dari energi angin, dan juga mikrohidro," ungkapnya.



Dia melanjutkan, pemerintah juga sedang melakukan uji coba D100 berbasis minyak sawit. Bahan bakar tersebut melimpah dan berpotensi mewujudkan ketahanan energi nasional.

"Produksi minyak sawit kita setahun 46-49 juta KL per tahun. Untuk memenuhi solar subsidi dengan B30 itu, artinya 30% FAME itu angkanya di 6,9 juta KL. Artinya, kita masih ada 40 juta KL. Memang itu sebagian besar digunakan untuk pangan dan kosmetik lainnya," jelasnya. (Baca juga: Dongkrak Ekspor Minyak Sawit, Jadikan Perdagangan Panglima )

Djoko menuturkan, saat ini indeks ketahanan energi nasional Indonesia masih berada pada level 6,44 yang dikategorikan masih tahan. Nantinya dengan adanya D100 atau green fuel lainnya otomatis akan meningkatkan indeks ketahanan energi. "Kita ingin di level 7,99 jadi nanti kalau semua bahan bakar nabati sudah bisa memproduksi seluruh jenis BBM," imbuhnya.

Menurut Djoko, produk energi hijau (green energy) tersebut menjadi jawaban untuk menyediakan energi ramah lingkungan. Selain itu, D100 akan membuat penyerapan produksi minyak kelapa sawit domestik menjadi lebih optimal.

"Otomatis kalau nanti D100 ini bisa terdistribusi ke masyarakat akan mengurangi jenis impor solar yang begitu tinggi. Kita menuju Euro 5 bahkan Euro 6, bahkan kualitas bahan bakarnya mengikuti kualitas standar nasional menuju bahan bakar yang ramah lingkungan," tuturnya.

Sebelumnya, Pertamina berhasil melakukan uji coba produksi Green Diesel D100 mencapai 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai. D100 diproses dari 100% RBDPO dengan bantuan katalis yang dibuat oleh Research & Technology Center Pertamina dan ITB. (Baca juga: Heboh Uang Pangkal Rp100 Juta, ITB Sebut Untuk Subsidi Silang Mahasiswa Jalur Lain )

Dalam uji coba performa melalui road test 200 km, D100 ini dijadikan bahan bakar yang dicampur dengan Solar serta FAME dan terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number yang lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakarnya.
(ind)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More