Bisnis Properti Membaik, LPKR Cetak Rp1,32 Triliun dari Real Estate Development
Kamis, 30 Juli 2020 - 13:59 WIB
Saldo kas dan setara kas pada semester I/2020 sebesar Rp4,54 triliun dibandingkan dengan Rp4,69 triliun pada akhir tahun 2019. Perseroan meningkatkan saldo kas sebesar Rp860 miliar dengan melepas posisi lindung nilai yang ada dan menggantinya dengan lindung nilai collar pada Rp15,000 hingga Rp17,500 serta menambah kas sebesar Rp249 miliar dari pelepasan saham First REIT.
Perseroan melaporkan total utang yang lebih tinggi dalam rupiah, mencapai Rp13,44 triliun pada semester I/2020 dibanding dengan Rp12,25 triliun pada akhir tahun 2019, terutama disebabkan oleh kenaikan utang bank jangka pendek, dari ICBC sebesar Rp100 miliar, BNI sebesar Rp170 miliar dan Bank Mandiri sebesar Rp400 miliar. Sebagai hasilnya, rasio utang bersih terhadap ekuitas menjadi 0,28x pada semester I/2020 dibandingkan dengan 0,22x pada kuartal empat 2019.
"Perseroan menjajaki peluang untuk mendiversifikasi sebagian utang dari USD, dengan lebih banyak utang dalam mata uang Rupiah, karena saat ini utang berdenominasi USD sebesar 86% dari total utang," jelas John.
Dia memaparkan, meskipun pandemi global baru-baru ini mempengaruhi pendapatan recurring perseroan dari rumah sakit, mal dan hotel secara signifikan. Namun LPKR terus menunjukkan kemajuan pada bisnis real estate development kami yang tumbuh sebesar 33,9% pada semester I/2020.
"Saya percaya bahwa bisnis properti sedang pulih dan akan terus bertumbuh dimana Lippo Karawaci terus membangun proyek rumah hunian yang terjangkau sesuai dengan keinginan para penghuni perumahan kami," katanya.
John optimistis, dengan tingkat kepemilikan rumah di Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, serta tingkat pinjaman KPR di Indonesia masih di bawah 5% dari PDB, pasar kepemilikan rumah perdana masih prospektif di pasar.
"Ini memberikan peluang per generasi bagi perusahaan seperti kami untuk memenuhi permintaan ini dan turut serta dalam memperbaiki hidup lebih dari 80 juta orang yang merupakan bagian dari kelas menengah Indonesia yang meningkat," pungkas John.
Perseroan melaporkan total utang yang lebih tinggi dalam rupiah, mencapai Rp13,44 triliun pada semester I/2020 dibanding dengan Rp12,25 triliun pada akhir tahun 2019, terutama disebabkan oleh kenaikan utang bank jangka pendek, dari ICBC sebesar Rp100 miliar, BNI sebesar Rp170 miliar dan Bank Mandiri sebesar Rp400 miliar. Sebagai hasilnya, rasio utang bersih terhadap ekuitas menjadi 0,28x pada semester I/2020 dibandingkan dengan 0,22x pada kuartal empat 2019.
"Perseroan menjajaki peluang untuk mendiversifikasi sebagian utang dari USD, dengan lebih banyak utang dalam mata uang Rupiah, karena saat ini utang berdenominasi USD sebesar 86% dari total utang," jelas John.
Dia memaparkan, meskipun pandemi global baru-baru ini mempengaruhi pendapatan recurring perseroan dari rumah sakit, mal dan hotel secara signifikan. Namun LPKR terus menunjukkan kemajuan pada bisnis real estate development kami yang tumbuh sebesar 33,9% pada semester I/2020.
"Saya percaya bahwa bisnis properti sedang pulih dan akan terus bertumbuh dimana Lippo Karawaci terus membangun proyek rumah hunian yang terjangkau sesuai dengan keinginan para penghuni perumahan kami," katanya.
John optimistis, dengan tingkat kepemilikan rumah di Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, serta tingkat pinjaman KPR di Indonesia masih di bawah 5% dari PDB, pasar kepemilikan rumah perdana masih prospektif di pasar.
"Ini memberikan peluang per generasi bagi perusahaan seperti kami untuk memenuhi permintaan ini dan turut serta dalam memperbaiki hidup lebih dari 80 juta orang yang merupakan bagian dari kelas menengah Indonesia yang meningkat," pungkas John.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda