Erick Thohir Bongkar Satu Kekurangan di Masa Pemerintahan Pak Jokowi
Kamis, 30 Juli 2020 - 16:54 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut, ada satu hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini. Hal itu adalah inovasi.
(Baca Juga: Dahlan Iskan: Dilanda Pandemi Besar, Kok Tidak Ada Terobosan Besar? )
Erick Thohir mengatakan, Indonesia sebagai negara besar ditopang oleh sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Meski begitu, pengelolaan SDA tidak cukup dengan mengolahnya begitu saja, tetapi harus dibarengi oleh sikap yang inovasi dan produktif.
"Ada tiga landasan yang kita punya, satu kita adalah negara besar, kedua sumber daya alamnya melimpah. Ketiga, di masa pemerintah Pak Jokowi terus kita memperbaiki logistik, tapi masih ada yang kurang satu yaitu, inovasi," ujar Erick, Jakarta, Kamis (30/7/2020).
Dia mengambil contoh untuk menggambarkan pentingnya mempertahankan kinerja yang dibarengi oleh sikap yang produktif dan inovatif. Erick menyebut, perusahaan teknologi terkenal seperti Nokia yang terpaksa harus stagnan karena tidak bisa berinovasi di tengah persaingan pasar teknologi yang semakin masif.
(Baca Juga: Dahlan Sayangkan Karya Milenial Nakal Tak Dipakai Jadi Terobosan Saat Pandemi )
"Kalau kita melihat banyak sekali perusahaan yang dulu terkenal, sekarang tidak ada atau masih ada tetapi tidak produktif. Bisa kita lihat Nokia dan lain-lain, tetapi kalau kita tidak terus berinovasi akhirnya menjadi sebuah yang absolut," kata Erick.
Karena itu lanjut Erick, di tengah pandemi Covid-19 saat ini masyarakat harus mampu mengambil peluang dan memanfaatkan kondisi agar tetap terus berinovasi. Hal itu penting untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Bahkan dia menyebut, besar atau kecilnya sebuah negara bukan dilihat dari seberapa besar luas geografis negara tersebut, namun seberapa besar gerak maju yang dibarengi oleh sikap yang inovatif.
"Kita harus menjadi bangsa yang produktif dan inovatif karena persaingan semua negara tidak lain dilihat dari besar dan kecilnya luas geografis, namun harus ada action yang cepat dan juga inovasinya harus terus dilakukan," paparnya.
Lihat Juga: One on One Bersama Wakil Kepala BP Danantara Kaharuddin Djenod: Tantangan Mengelola Aset Negara
(Baca Juga: Dahlan Iskan: Dilanda Pandemi Besar, Kok Tidak Ada Terobosan Besar? )
Erick Thohir mengatakan, Indonesia sebagai negara besar ditopang oleh sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Meski begitu, pengelolaan SDA tidak cukup dengan mengolahnya begitu saja, tetapi harus dibarengi oleh sikap yang inovasi dan produktif.
"Ada tiga landasan yang kita punya, satu kita adalah negara besar, kedua sumber daya alamnya melimpah. Ketiga, di masa pemerintah Pak Jokowi terus kita memperbaiki logistik, tapi masih ada yang kurang satu yaitu, inovasi," ujar Erick, Jakarta, Kamis (30/7/2020).
Dia mengambil contoh untuk menggambarkan pentingnya mempertahankan kinerja yang dibarengi oleh sikap yang produktif dan inovatif. Erick menyebut, perusahaan teknologi terkenal seperti Nokia yang terpaksa harus stagnan karena tidak bisa berinovasi di tengah persaingan pasar teknologi yang semakin masif.
(Baca Juga: Dahlan Sayangkan Karya Milenial Nakal Tak Dipakai Jadi Terobosan Saat Pandemi )
"Kalau kita melihat banyak sekali perusahaan yang dulu terkenal, sekarang tidak ada atau masih ada tetapi tidak produktif. Bisa kita lihat Nokia dan lain-lain, tetapi kalau kita tidak terus berinovasi akhirnya menjadi sebuah yang absolut," kata Erick.
Karena itu lanjut Erick, di tengah pandemi Covid-19 saat ini masyarakat harus mampu mengambil peluang dan memanfaatkan kondisi agar tetap terus berinovasi. Hal itu penting untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Bahkan dia menyebut, besar atau kecilnya sebuah negara bukan dilihat dari seberapa besar luas geografis negara tersebut, namun seberapa besar gerak maju yang dibarengi oleh sikap yang inovatif.
"Kita harus menjadi bangsa yang produktif dan inovatif karena persaingan semua negara tidak lain dilihat dari besar dan kecilnya luas geografis, namun harus ada action yang cepat dan juga inovasinya harus terus dilakukan," paparnya.
Lihat Juga: One on One Bersama Wakil Kepala BP Danantara Kaharuddin Djenod: Tantangan Mengelola Aset Negara
(akr)
tulis komentar anda