Dahlan Sayangkan Karya Milenial Nakal Tak Dipakai Jadi Terobosan Saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyayangkan produk-produk inovatif karya anak bangsa yang tidak digunakan sebagai terobosan di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah aplikasi buatan Alghozi Ramadhan, yaitu Bersatu Lawan Covid-19.
(Baca Juga: Dahlan Iskan: Dilanda Pandemi Besar, Kok Tidak Ada Terobosan Besar? )
Alghozi, yang disebutnya sebagai 'Milenial Nakal', menciptakan sebuah terobosan untuk melakukan tracing dan monitoring terhadap orang-orang yang sudah positif Covid-19. Ia menyayangkan, kenapa aplikasi buatan Alghozi ini tidak bisa menjadi model untuk diimplementasikan.
"Kenapa aplikasinya tidak bisa menjadi model? Apakah karena birokrasi? Apakah karena terbelenggu kementerian seperti Kemkominfo dan Kemenkes? Atau mungkin ada kepentingan ego disini yang akhirnya membuat aplikasi ini tidak terpilih sebagai salah satu terobosan terbaik dan dipaksakan implementasinya di seluruh Indonesia?," ujar Dahlan dalam webinar di Jakarta, Rabu (22/7/2020) malam.
(Baca Juga: Masih di Awang-Awang, Target Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi )
Ia mengatakan bahwa kombinasi teknologi tracing untuk memonitor orang-orang yang sepatutnya dikarantina perlu ditekankan. Hal ini karena yang terkarantina tidak dimonitor pergerakannya, sehingga yang tidak terkarantina atau negatif Covid-19 menjadi takut keluar rumah.
"Saya yakin, pak Doni Monardo pasti sudah sangat jengkel sebenarnya, karena dia sudah tahu tentang aplikasi ini. Sayangnya, belum diimplementasikan menyeluruh. Namun saya yakin, di bawah komando pak Erick Thohir (ET), dia akan lebih bebas bergerak meski posisinya secara struktural kelihatan turun," pungkas Dahlan.
(Baca Juga: Dahlan Iskan: Dilanda Pandemi Besar, Kok Tidak Ada Terobosan Besar? )
Alghozi, yang disebutnya sebagai 'Milenial Nakal', menciptakan sebuah terobosan untuk melakukan tracing dan monitoring terhadap orang-orang yang sudah positif Covid-19. Ia menyayangkan, kenapa aplikasi buatan Alghozi ini tidak bisa menjadi model untuk diimplementasikan.
"Kenapa aplikasinya tidak bisa menjadi model? Apakah karena birokrasi? Apakah karena terbelenggu kementerian seperti Kemkominfo dan Kemenkes? Atau mungkin ada kepentingan ego disini yang akhirnya membuat aplikasi ini tidak terpilih sebagai salah satu terobosan terbaik dan dipaksakan implementasinya di seluruh Indonesia?," ujar Dahlan dalam webinar di Jakarta, Rabu (22/7/2020) malam.
(Baca Juga: Masih di Awang-Awang, Target Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi )
Ia mengatakan bahwa kombinasi teknologi tracing untuk memonitor orang-orang yang sepatutnya dikarantina perlu ditekankan. Hal ini karena yang terkarantina tidak dimonitor pergerakannya, sehingga yang tidak terkarantina atau negatif Covid-19 menjadi takut keluar rumah.
"Saya yakin, pak Doni Monardo pasti sudah sangat jengkel sebenarnya, karena dia sudah tahu tentang aplikasi ini. Sayangnya, belum diimplementasikan menyeluruh. Namun saya yakin, di bawah komando pak Erick Thohir (ET), dia akan lebih bebas bergerak meski posisinya secara struktural kelihatan turun," pungkas Dahlan.
(akr)