Ekonom Beberkan Bahaya Bergantung pada Impor Beras
Sabtu, 16 September 2023 - 20:20 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik ( BPS ) mencatat bahwa Indonesia secara kumulatif sudah mengimpor beras hingga 1,59 juta ton pada periode Januari hingga September 2023. Ekonom sekaligus Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa swasembada beras sudah harus mulai disiapkan.
"Dan periode swasembadanya harus panjang ya, jangan klaim swasembada, tahun depannya impor," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Untuk mencapai swasembada beras, dia mengingatkan, perlu disiapkan ketersediaan pupuk, harga obat-obatan pertanian yang stabil, regenerasi petani mudanya berjalan, kredit harus murah, dan harga pembelian gabahnya bisa lebih stabil.
"Satu lagi yang urgent adalah mencegah alih guna lahan pertanian menjadi properti dan kawasan industri. Tanpa swasembada kita akan terjebak terus dalam lingkaran setan impor," tegas Bhima.
Saat ini pun mencari negara yang mau mengekspor berasnya juga tidak mudah. Banyak sekali negara yang inward looking, alias mementingkan ketahanan pangan domestiknya.
"Jika harga beras terus bergerak liar, imbasnya tentu ke inflasi, angka kemiskinan dan stabilitas rupiah. Inflasi beras sudah 8% year-to-date. Inflasi naik, maka garis kemiskinan naik," ungkap Bhima.
Dia mengkhawatirkan, orang miskin makin bertambah dan target kemiskinan ekstrem 0% makin jauh. "Sementara ketergantungan impor akan sebabkan devisa keluar dan melemahkan kurs rupiah," tandas Bhima.
"Dan periode swasembadanya harus panjang ya, jangan klaim swasembada, tahun depannya impor," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Untuk mencapai swasembada beras, dia mengingatkan, perlu disiapkan ketersediaan pupuk, harga obat-obatan pertanian yang stabil, regenerasi petani mudanya berjalan, kredit harus murah, dan harga pembelian gabahnya bisa lebih stabil.
"Satu lagi yang urgent adalah mencegah alih guna lahan pertanian menjadi properti dan kawasan industri. Tanpa swasembada kita akan terjebak terus dalam lingkaran setan impor," tegas Bhima.
Saat ini pun mencari negara yang mau mengekspor berasnya juga tidak mudah. Banyak sekali negara yang inward looking, alias mementingkan ketahanan pangan domestiknya.
"Jika harga beras terus bergerak liar, imbasnya tentu ke inflasi, angka kemiskinan dan stabilitas rupiah. Inflasi beras sudah 8% year-to-date. Inflasi naik, maka garis kemiskinan naik," ungkap Bhima.
Baca Juga
Dia mengkhawatirkan, orang miskin makin bertambah dan target kemiskinan ekstrem 0% makin jauh. "Sementara ketergantungan impor akan sebabkan devisa keluar dan melemahkan kurs rupiah," tandas Bhima.
(uka)
tulis komentar anda