Upaya Penjajakan Kerja Sama untuk Wujudkan Industri Hijau dan Berkelanjutan
Kamis, 12 Oktober 2023 - 20:16 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia sedang aktif mendorong berbagai inisiatif untuk mencapai target netral karbon pada tahun 2060 atau lebih awal. Upaya itu di antaranya dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan , pemulihan hutan, dan kerja sama dengan pihak-pihak global.
Inisiatif-inisiatif tersebut sejalan dengan Green-Eco-Manufacture (GEM Co. Ltd), perusahaan pertama di China yang mengusulkan konsep hijau "sumber daya terbatas, daur ulang tak terbatas". Dr. Xu Kaihua, Chairman GEM Co., Ltd sekaligus pernah melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali pada 2022 lalu.
Belum lama ini Xu Kaihua melakukan kunjungan ke salah satu kantor KAP BDO Indonesia. Kunjungan itu adalah bentuk antusiasme dan komitmen mendorong peluang kerja sama yang mungkin diwujudkan di masa mendatang, yaitu mendorong inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan industri di Indonesia.
“Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk menjadi tuan rumah bagi perusahaan daur ulang limbah, material energi baru, dan perusahaan pertambangan perkotaan yang terkemuka di dunia. Keahlian GEM selaras dengan misi kami, dan kami sangat antusias dengan peluang kerja sama yang mungkin diwujudkan di masa mendatang,” kata Wawat Sutanto, Chairman of The Executive Board BDO di Indonesia, dikutip Kamis (12/10/2023).
Investasi Xu Kaihua dan GEM dalam mengembangkan pusat riset dan pelatihan sains, teknologi dan budaya terkait bidang industri metalurgi serta material energi baru di Indonesia, merupakan salah satu perwujudan dari hubungan bilateral China dan Indonesia yang terjalin dengan baik selama ini,
China adalah mitra dan investor pembangunan yang terbesar bagi Indonesia dan di Asia Tenggara. Pada Juli yang lalu, China sudah menandatangani komitmen investasi sebesar USD44,89 miliar, dan pada September tahun ini telah menambah komitmen investasinya sebesar USD21,7 miliar.
"Komitmen dua negara ini mendorong banyak perusahaan lainnya datang ke Indonesia dan melakukan kerja sama serta investasi strategis dalam berbagai bidang. Karena perbedaan kultur, regulasi dan juga lanskap bisnis, perusahaan-perusahaan asal China membutuhkan mitra di Indonesia yang betul-betul memahami berbagai kebijakan, hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada," tandas Wawat.
Inisiatif-inisiatif tersebut sejalan dengan Green-Eco-Manufacture (GEM Co. Ltd), perusahaan pertama di China yang mengusulkan konsep hijau "sumber daya terbatas, daur ulang tak terbatas". Dr. Xu Kaihua, Chairman GEM Co., Ltd sekaligus pernah melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali pada 2022 lalu.
Belum lama ini Xu Kaihua melakukan kunjungan ke salah satu kantor KAP BDO Indonesia. Kunjungan itu adalah bentuk antusiasme dan komitmen mendorong peluang kerja sama yang mungkin diwujudkan di masa mendatang, yaitu mendorong inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan industri di Indonesia.
“Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk menjadi tuan rumah bagi perusahaan daur ulang limbah, material energi baru, dan perusahaan pertambangan perkotaan yang terkemuka di dunia. Keahlian GEM selaras dengan misi kami, dan kami sangat antusias dengan peluang kerja sama yang mungkin diwujudkan di masa mendatang,” kata Wawat Sutanto, Chairman of The Executive Board BDO di Indonesia, dikutip Kamis (12/10/2023).
Investasi Xu Kaihua dan GEM dalam mengembangkan pusat riset dan pelatihan sains, teknologi dan budaya terkait bidang industri metalurgi serta material energi baru di Indonesia, merupakan salah satu perwujudan dari hubungan bilateral China dan Indonesia yang terjalin dengan baik selama ini,
China adalah mitra dan investor pembangunan yang terbesar bagi Indonesia dan di Asia Tenggara. Pada Juli yang lalu, China sudah menandatangani komitmen investasi sebesar USD44,89 miliar, dan pada September tahun ini telah menambah komitmen investasinya sebesar USD21,7 miliar.
"Komitmen dua negara ini mendorong banyak perusahaan lainnya datang ke Indonesia dan melakukan kerja sama serta investasi strategis dalam berbagai bidang. Karena perbedaan kultur, regulasi dan juga lanskap bisnis, perusahaan-perusahaan asal China membutuhkan mitra di Indonesia yang betul-betul memahami berbagai kebijakan, hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada," tandas Wawat.
(uka)
tulis komentar anda