Konflik Israel-Hamas Libatkan Negara Lain, Awas! Lonjakan Harga Minyak Dunia
Selasa, 17 Oktober 2023 - 13:11 WIB
JAKARTA - Perang Israel-Hamas berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia , meski sifatnya terbatas. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengungkapkan, konflik Timur Tengah (Timteng) yang memanas bisa mengerek harga minyak mentah USD90 hingga USD92 per barrel dengan asumsi ekskalasi konflik meluas dan melibatkan berbagai negara lain.
"Meski naik tetap belum mampu menandingi harga saat krisis minyak mentah 1973 yang saat itu menembus rekor kenaikan tertinggi dari USD2 per barel menjadi USD11 per barel atau naik 450%," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia.
Bhima menuturkan, faktor politik dan keamanan memang punya andil, tapi pasar minyak dunia akhir-akhir ini juga cenderung mengalami anomali pasokan dan permintaan sekaligus. Katanya, beberapa faktor yang membuat harga minyak tidak seliar 1973 adalah relaksasi pembatasan ekspor minyak dari Rusia yang diperkirakan menambah pasokan minyak global.
Kemudian belum jelasnya pemangkasan produksi minyak yang masih dibahas pada pertemuan Saudi Arabia dan Rusia pada November mendatang. Menurut Bhima, beberapa banyak produksi yang dipangkas juga masih menjadi teka-teki.
Kemudian imbuhnya, faktor lain adalah dollar AS (USD) yang menguat menjadi kabar buruk bagi pemain komoditas minyak karena kekhawatiran banyak negara importir minyak mengurangi permintaan impor karena selisih kurs.
"China sebagai negara konsumen energi yang besar sedang alami slowdown ekonomi hingga 2024 mendatang, dengan outlook pertumbuhan ekonomi 4,4% atau di bawah proyeksi Indonesia yang sebesar 5%. Industri di China tidak sedang ekspansi sehingga mempengaruhi demand minyak global," tutupnya.
"Meski naik tetap belum mampu menandingi harga saat krisis minyak mentah 1973 yang saat itu menembus rekor kenaikan tertinggi dari USD2 per barel menjadi USD11 per barel atau naik 450%," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia.
Bhima menuturkan, faktor politik dan keamanan memang punya andil, tapi pasar minyak dunia akhir-akhir ini juga cenderung mengalami anomali pasokan dan permintaan sekaligus. Katanya, beberapa faktor yang membuat harga minyak tidak seliar 1973 adalah relaksasi pembatasan ekspor minyak dari Rusia yang diperkirakan menambah pasokan minyak global.
Kemudian belum jelasnya pemangkasan produksi minyak yang masih dibahas pada pertemuan Saudi Arabia dan Rusia pada November mendatang. Menurut Bhima, beberapa banyak produksi yang dipangkas juga masih menjadi teka-teki.
Baca Juga
Kemudian imbuhnya, faktor lain adalah dollar AS (USD) yang menguat menjadi kabar buruk bagi pemain komoditas minyak karena kekhawatiran banyak negara importir minyak mengurangi permintaan impor karena selisih kurs.
"China sebagai negara konsumen energi yang besar sedang alami slowdown ekonomi hingga 2024 mendatang, dengan outlook pertumbuhan ekonomi 4,4% atau di bawah proyeksi Indonesia yang sebesar 5%. Industri di China tidak sedang ekspansi sehingga mempengaruhi demand minyak global," tutupnya.
(akr)
tulis komentar anda