Sri Mulyani Sentil Orang Indonesia Saat Rupiah Hampir Rp16 Ribu: Sukanya Melihat Nominal
Rabu, 25 Oktober 2023 - 17:09 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan atau Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa pasar keuangan domestik Indonesia tengah menghadapi tekanan. Hal ini karena pelemahan nilai tukar rupiah , yield SBN naik, dan adanya capital outflow.
"Sebetulnya rupiah kita dalam posisi baik depresiasinya, meskipun orang Indonesia sukanya melihat nominal, tapi kalau lihat pergerakan depresiasi Rupiah secara ytd di 0,7%," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2023 di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Diungkapkan olehnya bahwa penyebab pelemahan kurs rupiah adalah efek dari dolar Amerika Serikat yang menguat. Indeks DXY mengalami kenaikan 2,7% ytd.
"Secara relatif, dolar AS yang menguat, sehingga banyak mata uang yang terdepresiasi, bahkan mata uang negara-negara tetangga pun juga ikut melemah," sambung Menkeu.
Portofolio outflow terutama sejak September, disebabkan meningkatnya dinamika pasar global seiring meningkatnya ekspektasi higher for longer dan meluasnya konflik geopolitik. "Meskipun secara ytd masih inflow Rp43,6 triliun, karena ada SBN inflow Rp50,5 triliun dan saham outflow Rp6,9 triliun," kata Sri.
Terjadi outflow pada bulan September dan Oktober, masing-masing adalah SBN sebesar Rp23,3 triliun dan Rp10,3 triliun, kemudian saham masing-masing Rp4,1 triliun dan Rp1,7 triliun.
Dia pun mengaku bahwa pasar SBN tertekan, dimana yield SUN 10y naik dari 6,38% dan per 31 Agustus menjadi 6,91% pada 29 September, lalu 7,24% pada 24 Oktober.
"Sebetulnya rupiah kita dalam posisi baik depresiasinya, meskipun orang Indonesia sukanya melihat nominal, tapi kalau lihat pergerakan depresiasi Rupiah secara ytd di 0,7%," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2023 di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga
Diungkapkan olehnya bahwa penyebab pelemahan kurs rupiah adalah efek dari dolar Amerika Serikat yang menguat. Indeks DXY mengalami kenaikan 2,7% ytd.
"Secara relatif, dolar AS yang menguat, sehingga banyak mata uang yang terdepresiasi, bahkan mata uang negara-negara tetangga pun juga ikut melemah," sambung Menkeu.
Portofolio outflow terutama sejak September, disebabkan meningkatnya dinamika pasar global seiring meningkatnya ekspektasi higher for longer dan meluasnya konflik geopolitik. "Meskipun secara ytd masih inflow Rp43,6 triliun, karena ada SBN inflow Rp50,5 triliun dan saham outflow Rp6,9 triliun," kata Sri.
Terjadi outflow pada bulan September dan Oktober, masing-masing adalah SBN sebesar Rp23,3 triliun dan Rp10,3 triliun, kemudian saham masing-masing Rp4,1 triliun dan Rp1,7 triliun.
Dia pun mengaku bahwa pasar SBN tertekan, dimana yield SUN 10y naik dari 6,38% dan per 31 Agustus menjadi 6,91% pada 29 September, lalu 7,24% pada 24 Oktober.
(akr)
tulis komentar anda