Bioavtur Aman untuk Penerbangan, Pengamat: Berstandar Internasional, 13 Tahun Uji Coba
Senin, 30 Oktober 2023 - 08:54 WIB
Menurut Alvin, bahan bakar nabati untuk pesawat memang berbeda dibandingkan untuk kendaraan lain, seperti biofuel pada motor. “Bioavtur ini dibawa pesawat terbang di atas 30-40 ribu kaki dengan temperatur -30 sampai -40 derajat Celcius. Pada kondisi tersebut, teruji bahwa tidak membeku, karakter kimianya tidak berubah,” lanjut Alvin.
Karena kualitas Bioavtur tersebut setara dengan Avtur, imbuh Alvin, maka bahan bakar aviasi tersebut juga sesuai dengan mesin pesawat dari berbagai industri. Tidak hanya Boeing, Airbus, namun juga yang lain. “Tentu sama. Karena Avtur memang harus memiliki standar internasional yang sama untuk mesin-mesin pesawat,” tegasnya.
Untuk itulah Alvin berharap, ke depan Pertamina terus mengembangkan Pertamina SAF atau Bioavtur. Dalam hal ini, tantangan Pertamina adalah meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa memenuhi permintaan. “Dan selain peningkatan volume dan distribusi, tantangan ke depan tentu saja masalah harga,” pungkas Alvin.
Sebelumnya, Jumat (27/10), memang dilakukan penggunaan perdana Pertamina SAF atau Bioavtur oleh Garuda. Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta dengan bahan bakar aviasi ramah lingkungan tersebut.
Terkait Pertamina SAF atau Bioavtur, Pertamina telah menginisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit. Serangkaian pengujian menunjukkan, bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
Lihat Juga: Jadwal Penerbangan Bandara Ngurah Rai Masih Terganggu Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Karena kualitas Bioavtur tersebut setara dengan Avtur, imbuh Alvin, maka bahan bakar aviasi tersebut juga sesuai dengan mesin pesawat dari berbagai industri. Tidak hanya Boeing, Airbus, namun juga yang lain. “Tentu sama. Karena Avtur memang harus memiliki standar internasional yang sama untuk mesin-mesin pesawat,” tegasnya.
Untuk itulah Alvin berharap, ke depan Pertamina terus mengembangkan Pertamina SAF atau Bioavtur. Dalam hal ini, tantangan Pertamina adalah meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa memenuhi permintaan. “Dan selain peningkatan volume dan distribusi, tantangan ke depan tentu saja masalah harga,” pungkas Alvin.
Sebelumnya, Jumat (27/10), memang dilakukan penggunaan perdana Pertamina SAF atau Bioavtur oleh Garuda. Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta dengan bahan bakar aviasi ramah lingkungan tersebut.
Terkait Pertamina SAF atau Bioavtur, Pertamina telah menginisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit. Serangkaian pengujian menunjukkan, bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
Lihat Juga: Jadwal Penerbangan Bandara Ngurah Rai Masih Terganggu Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
(akr)
tulis komentar anda