Siap-Siap Kantong Makin Tipis, Ekonomi Anjlok Bakal Dongkrak Harga Beras
Kamis, 06 Agustus 2020 - 15:00 WIB
JAKARTA - Ekonom Indef Eko Listiyanto memberikan peringatan penting kepada pemerintah bahwa terpuruknya ekonomi bisa mendongkrak harga bahan pokok. Sebab itu, pemerintah harus mengantisipasi khususnya harga beras diperkirakan bakal naik pada Kuartal IV/2020.
Berdasarkan catatan, nilai tukar petani nasional (gabungan) per Juli 2020 sebesar 100.9 turun drastis dari posisi 104,16 di Januari 2020. Begitu pun dengan nilai tukar petani sub tanaman pangan turun dari 104.21 menjadi 100.17 sub tanaman hortikultura dari 105.15 menjadi 99,17, sub pekebun rakyat turun dari 107,43 menjadi 100.19 dan sub nelayan dari 101,11 menjadi 100,01.
"Sudah menjadi siklus tahunan bahwa akhir Kuartal IV bulan Desember dan awal separuh Kuartal I bulan Januari hingga Februari harga beras berada pada level tertinggi. Hal ini disebabkan pada periode tersebut berada pasa musim tanam raya," ujar Eko dalam acara diskusi virtual, Kamis (6/8/2020).
Dia melanjutkan harga komoditas yang diterima petani turun, namun disisi lain kebutuhan hidup rumah tangga petani terus meningkat. Hal itu terlihat dari indeks konsumsi rumah tangga petani yang meningkat dari 105 menjadi 105,75 per Juli 2020. "Pertumbuhan minus pada sisi konsumsi ini yang pertama kali selama era reformasi padahal 57,85% perekonomian sangat bergantung dari laju konsumsi rumah tangga," katanya.
Dia menjelaskan rendahnya konsumsi rumah tangga maka sangat mengganggu keseluruhan komponen pembentuk Produk Dometik Bruto (PDB). Sebab itu, perlu langkah cepat merealisasikan program stimulus rumah tangga petani. "Harus diusahakan oleh pemerintah seperti bansos dan padat karya. Dari sisi suplai, pasokan kebutuhan primer dan setidaknya tersier harus dijaga kuantitasnya dengan prinsip ketepatan harga dan tepat jumlah," jelasnya.
Berdasarkan catatan, nilai tukar petani nasional (gabungan) per Juli 2020 sebesar 100.9 turun drastis dari posisi 104,16 di Januari 2020. Begitu pun dengan nilai tukar petani sub tanaman pangan turun dari 104.21 menjadi 100.17 sub tanaman hortikultura dari 105.15 menjadi 99,17, sub pekebun rakyat turun dari 107,43 menjadi 100.19 dan sub nelayan dari 101,11 menjadi 100,01.
"Sudah menjadi siklus tahunan bahwa akhir Kuartal IV bulan Desember dan awal separuh Kuartal I bulan Januari hingga Februari harga beras berada pada level tertinggi. Hal ini disebabkan pada periode tersebut berada pasa musim tanam raya," ujar Eko dalam acara diskusi virtual, Kamis (6/8/2020).
Dia melanjutkan harga komoditas yang diterima petani turun, namun disisi lain kebutuhan hidup rumah tangga petani terus meningkat. Hal itu terlihat dari indeks konsumsi rumah tangga petani yang meningkat dari 105 menjadi 105,75 per Juli 2020. "Pertumbuhan minus pada sisi konsumsi ini yang pertama kali selama era reformasi padahal 57,85% perekonomian sangat bergantung dari laju konsumsi rumah tangga," katanya.
Dia menjelaskan rendahnya konsumsi rumah tangga maka sangat mengganggu keseluruhan komponen pembentuk Produk Dometik Bruto (PDB). Sebab itu, perlu langkah cepat merealisasikan program stimulus rumah tangga petani. "Harus diusahakan oleh pemerintah seperti bansos dan padat karya. Dari sisi suplai, pasokan kebutuhan primer dan setidaknya tersier harus dijaga kuantitasnya dengan prinsip ketepatan harga dan tepat jumlah," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda