Jika Terus Jajah Palestina, Ekonomi Israel Terancam Bangkrut: Rp3.875 Triliun Melayang
Senin, 20 November 2023 - 16:47 WIB
Ada sebuah kolom menarik yang ditayangkan oleh The National News dengan judul "Israel’s behaviour will bankrupt it over time". Dalam kolom itu mengungkap dua laporan yang ada dan menunjukkan bahwa Israel dapat menghadapi konsekuensi bencana jika gagal mengakhiri penganiayaan terhadap warga Palestina di bawah pemerintahannya, baik di wilayah pendudukan atau di Israel sendiri.
Penelitian Rand Corporation menunjukkan bahwa Israel bisa kehilangan USD250 miliar atau setara Rp3.875 triliun selama dekade berikutnya jika gagal berdamai dengan Palestina dan kekerasan kembali terjadi. Sebaliknya, mengakhiri pendudukan justru bisa mendatangkan keuntungan lebih dari USD120 miliar atau Rp1.800 triliun ke dalam kas negara.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan Israel meramalkan masa depan yang lebih suram jika Israel tidak melakukan perubahan. Menurut laporan Kementerian Keuangan, negara ini kemungkinan akan bangkrut dalam beberapa dekade karena pesatnya pertumbuhan dua kelompok yang tidak produktif.
Pada tahun 2059, separuh populasi Israel akan menjadi orang Yahudi ultra-Ortodoks, yang lebih memilih berdoa daripada bekerja, atau menjadi anggota minoritas Palestina di Israel. Sebagian besar dari mereka tidak berdaya karena sistem pendidikan yang terpisah dan kemudian dikucilkan dari sebagian besar perekonomian.
Laporan Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya populasi yang tidak siap menghadapi perekonomian global modern, beban pajak semakin membebani kelas menengah yang semakin menyusut.
Kondisi itu dikhawatirkan akan menciptakan lingkaran setan. Orang Israel yang lebih kaya cenderung memiliki paspor kedua. Karena kewalahan mengatasi kekurangan pendapatan, mereka bakal minggat, sehingga membuat Israel terjerumus ke dalam utang yang tidak dapat diubah.
Meskipun ada skenario kiamat seperti ini, Israel tampaknya masih belum siap untuk melakukan restrukturisasi mendesak yang diperlukan untuk menyelamatkan perekonomiannya.
Laporan Rand juga menimbulkan kekhawatiran karena mencatat bahwa Palestina dan Israel akan memperoleh manfaat dari perdamaian, meskipun insentifnya lebih besar bagi Palestina. Integrasi ke Timur Tengah akan menyebabkan kenaikan upah rata-rata hanya sebesar 5% bagi warga Israel, dibandingkan dengan kenaikan 36% bagi warga Palestina.
Namun, meskipun para ekonom mungkin mampu mengukur manfaat dari penghentian pendudukan, akan jauh lebih sulit untuk memperkirakan dampak buruknya dalam shekel dan dolar. Selama enam dekade terakhir, elit ekonomi telah muncul di Israel, yang prestise, kekuasaan dan kekayaannya bergantung pada pendudukan di Palestina.
Perwira militer karier memperoleh gaji besar dan pensiun pada usia awal empat puluhan dengan uang pensiun yang besar. Saat ini, lebih banyak petugas yang tinggal di pemukiman.
Penelitian Rand Corporation menunjukkan bahwa Israel bisa kehilangan USD250 miliar atau setara Rp3.875 triliun selama dekade berikutnya jika gagal berdamai dengan Palestina dan kekerasan kembali terjadi. Sebaliknya, mengakhiri pendudukan justru bisa mendatangkan keuntungan lebih dari USD120 miliar atau Rp1.800 triliun ke dalam kas negara.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan Israel meramalkan masa depan yang lebih suram jika Israel tidak melakukan perubahan. Menurut laporan Kementerian Keuangan, negara ini kemungkinan akan bangkrut dalam beberapa dekade karena pesatnya pertumbuhan dua kelompok yang tidak produktif.
Pada tahun 2059, separuh populasi Israel akan menjadi orang Yahudi ultra-Ortodoks, yang lebih memilih berdoa daripada bekerja, atau menjadi anggota minoritas Palestina di Israel. Sebagian besar dari mereka tidak berdaya karena sistem pendidikan yang terpisah dan kemudian dikucilkan dari sebagian besar perekonomian.
Laporan Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya populasi yang tidak siap menghadapi perekonomian global modern, beban pajak semakin membebani kelas menengah yang semakin menyusut.
Kondisi itu dikhawatirkan akan menciptakan lingkaran setan. Orang Israel yang lebih kaya cenderung memiliki paspor kedua. Karena kewalahan mengatasi kekurangan pendapatan, mereka bakal minggat, sehingga membuat Israel terjerumus ke dalam utang yang tidak dapat diubah.
Meskipun ada skenario kiamat seperti ini, Israel tampaknya masih belum siap untuk melakukan restrukturisasi mendesak yang diperlukan untuk menyelamatkan perekonomiannya.
Laporan Rand juga menimbulkan kekhawatiran karena mencatat bahwa Palestina dan Israel akan memperoleh manfaat dari perdamaian, meskipun insentifnya lebih besar bagi Palestina. Integrasi ke Timur Tengah akan menyebabkan kenaikan upah rata-rata hanya sebesar 5% bagi warga Israel, dibandingkan dengan kenaikan 36% bagi warga Palestina.
Namun, meskipun para ekonom mungkin mampu mengukur manfaat dari penghentian pendudukan, akan jauh lebih sulit untuk memperkirakan dampak buruknya dalam shekel dan dolar. Selama enam dekade terakhir, elit ekonomi telah muncul di Israel, yang prestise, kekuasaan dan kekayaannya bergantung pada pendudukan di Palestina.
Perwira militer karier memperoleh gaji besar dan pensiun pada usia awal empat puluhan dengan uang pensiun yang besar. Saat ini, lebih banyak petugas yang tinggal di pemukiman.
tulis komentar anda