Melihat Tren Layanan Perbankan Digital Tahun 2024
Rabu, 22 November 2023 - 16:50 WIB
JAKARTA - Perkembangan teknologi digital telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk industri perbankan. Layanan perbankan digital kini semakin populer di kalangan masyarakat, seiring dengan meningkatnya penetrasi internet dan smartphone di Indonesia.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, pada triwulan III-2023, nilai transaksi uang elektronik (UE) meningkat 10,34% (yoy) sehingga mencapai Rp116,54 triliun. Sementara nilai transaksi digital banking tercatat Rp15.148,71 triliun atau tumbuh sebesar 12,83% (yoy). Hebatnya, nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 87,90% (yoy) dan mencapai Rp56,92 triliun, dengan jumlah pengguna 41,84 juta dan jumlah merchant 29,04 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.
Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama sistem pembayaran antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas ekonomi dan keuangan digital. Namun menariknya, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit justru turun 4,94% (yoy) menjadi Rp2.041,72 triliun dibanding periode sebelumnya. Tandanya, masyarakat kini semakin tergiur dengan layanan perbankan digital yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, daripada harus menggunakan uang tunai untuk bertransaksi.
Menyikapi hal tersebut, Chief Technology Officer MNC Bank , Parman Suparman, menyampaikan bahwa peningkatan layanan perbankan digital ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi keuangan. “Saat ini, sudah tidak aneh jika nasabah dapat melakukan berbagai transaksi keuangan, seperti transfer antar-bank, pembayaran tagihan, dan investasi, kapan saja dan di mana saja melalui smartphone mereka. Layanan perbankan digital umumnya juga lebih terjangkau dibandingkan layanan perbankan konvensional. Nasabah dapat membuka rekening dan melakukan berbagai transaksi keuangan tanpa perlu datang ke kantor bank”.
Berdasarkan hal tersebut, Parman mengungkapkan jika tahun 2024 mendatang, tren perkembangan layanan perbankan digital akan semakin modern dan impresif, “Paling dominan itu ya bank-bank akan semakin meningkatkan akseptansi pengalaman pengguna dengan menerapkan desain yang user-friendly. Mereka juga akan meningkatkan fitur-fitur yang dapat membantu nasabah dalam mengelola keuangan mereka, mungkin seperti fitur budgeting atau tracking ya”.
Fitur dan layanan finansial yang terintegrasi juga akan menjadi tren yang semakin populer di tahun 2024. “Model bisnis Banking as a Service (BaaS) juga menurut saya akan semakin diminati, sehingga perusahaan non-bank dimungkinkan untuk menyediakan layanan keuangan melalui pemanfaatan infrastruktur bank atau lembaga keuangan berlisensi. Ini yang sedang kami lakukan juga di aplikasi MotionBank milik MNC Bank”.
Penerapan BaaS sendiri sebenarnya dimaksudkan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital dan mengintegrasikan produk dan layanan keuangan terkini, menyederhanakan operasi, dan menjangkau segmen pengguna baru tanpa harus membangun infrastruktur dari awal.
Selain BaaS, Bank Indonesia juga telah menginisiasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) dalam industri sistem pembayaran sebagai salah satu inisiatif utama Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025). “Dengan adanya SNAP, para penyelenggara sistem pembayaran bisa dengan mudah mengintegrasikan sistem mereka dengan aplikasi lain. Ini bisa membuka peluang baru bagi bisnis untuk menawarkan layanan pembayaran yang lebih beragam dan bervarian, karena SNAP dapat mendorong munculnya solusi pembayaran baru yang inovatif. Dengan adanya standar yang jelas, pengembang dapat lebih mudah untuk membangun solusi pembayaran yang dapat diakses oleh berbagai pengguna,” ungkap Parman.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, pada triwulan III-2023, nilai transaksi uang elektronik (UE) meningkat 10,34% (yoy) sehingga mencapai Rp116,54 triliun. Sementara nilai transaksi digital banking tercatat Rp15.148,71 triliun atau tumbuh sebesar 12,83% (yoy). Hebatnya, nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 87,90% (yoy) dan mencapai Rp56,92 triliun, dengan jumlah pengguna 41,84 juta dan jumlah merchant 29,04 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.
Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama sistem pembayaran antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas ekonomi dan keuangan digital. Namun menariknya, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit justru turun 4,94% (yoy) menjadi Rp2.041,72 triliun dibanding periode sebelumnya. Tandanya, masyarakat kini semakin tergiur dengan layanan perbankan digital yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, daripada harus menggunakan uang tunai untuk bertransaksi.
Menyikapi hal tersebut, Chief Technology Officer MNC Bank , Parman Suparman, menyampaikan bahwa peningkatan layanan perbankan digital ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi keuangan. “Saat ini, sudah tidak aneh jika nasabah dapat melakukan berbagai transaksi keuangan, seperti transfer antar-bank, pembayaran tagihan, dan investasi, kapan saja dan di mana saja melalui smartphone mereka. Layanan perbankan digital umumnya juga lebih terjangkau dibandingkan layanan perbankan konvensional. Nasabah dapat membuka rekening dan melakukan berbagai transaksi keuangan tanpa perlu datang ke kantor bank”.
Berdasarkan hal tersebut, Parman mengungkapkan jika tahun 2024 mendatang, tren perkembangan layanan perbankan digital akan semakin modern dan impresif, “Paling dominan itu ya bank-bank akan semakin meningkatkan akseptansi pengalaman pengguna dengan menerapkan desain yang user-friendly. Mereka juga akan meningkatkan fitur-fitur yang dapat membantu nasabah dalam mengelola keuangan mereka, mungkin seperti fitur budgeting atau tracking ya”.
Fitur dan layanan finansial yang terintegrasi juga akan menjadi tren yang semakin populer di tahun 2024. “Model bisnis Banking as a Service (BaaS) juga menurut saya akan semakin diminati, sehingga perusahaan non-bank dimungkinkan untuk menyediakan layanan keuangan melalui pemanfaatan infrastruktur bank atau lembaga keuangan berlisensi. Ini yang sedang kami lakukan juga di aplikasi MotionBank milik MNC Bank”.
Penerapan BaaS sendiri sebenarnya dimaksudkan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital dan mengintegrasikan produk dan layanan keuangan terkini, menyederhanakan operasi, dan menjangkau segmen pengguna baru tanpa harus membangun infrastruktur dari awal.
Selain BaaS, Bank Indonesia juga telah menginisiasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) dalam industri sistem pembayaran sebagai salah satu inisiatif utama Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025). “Dengan adanya SNAP, para penyelenggara sistem pembayaran bisa dengan mudah mengintegrasikan sistem mereka dengan aplikasi lain. Ini bisa membuka peluang baru bagi bisnis untuk menawarkan layanan pembayaran yang lebih beragam dan bervarian, karena SNAP dapat mendorong munculnya solusi pembayaran baru yang inovatif. Dengan adanya standar yang jelas, pengembang dapat lebih mudah untuk membangun solusi pembayaran yang dapat diakses oleh berbagai pengguna,” ungkap Parman.
tulis komentar anda