Rupiah Jatuh ke Rp16 Ribu, Gubernur BI Perry Warjiyo Siap Intervensi

Selasa, 16 April 2024 - 13:38 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo merespons, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang hingga hari ini sudah tembus Rp16.214/USD. Foto/Dok
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) , Perry Warjiyo merespons, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang hingga hari ini sudah tembus Rp16.214/USD. Hal ini disampaikannya usai menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta pada hari ini Selasa (16/4/2024).

"BI selalu ada di pasar dan kami akan memastikan nilai tukar akan terjaga. Kita lakukan intervensi baik melalui spot maupun non delivery forward (NFD)," kata Perry di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.



Perry juga menyebut pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait untuk menjaga stabilitas kursrupiah . "Kami koordinasi dengan pemerintah, bagaimana jaga moneter dan fiskal. Kami pastikan di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi," kata Perry.



Ia juga mengakui bakal ada arahan khusus dari Presiden Jokowi terkait lemahnya nilai tukar rupiah. Namun, dirinya tidak merinci secara detil mengenai arahan tersebut. "Nanti ada," kata Perry.



Selain memanggil Gubernur BI, Presiden Jokowi juga memanggil Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dibuka melemah pada level Rp16.214 setelah libur Lebaran 2024. Mengutip data Bloomberg, kurs rupiah dibuka melemah hingga 2% dan bergerak di kisaran Rp16.150 - Rp16.200. Sementara itu, indeks dolar AS sempat menguat pada posisi 106,35.

Sebelumnya, Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah ini terjadi di pasar internasional dan cukup wajar. Lemahnya rupiah berkaitan erat dengan data eksternal seperti inflasi di Amerika Serikat juga tensi geopolitik akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.

“Ini mengacaukan perekonomian global sehingga banyak masyarakat yang beralih ke dolar, sehingga dolarnya mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi di dolar meninggalkan mata uang yang melawan dolar, salah satunya rupiah, jadi sangat wajar kalau rupiah turun,” kata Ibrahim baru-baru ini.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More