Laba BRI Tembus Rp15,98 T di Kuartal I-2024, Wadirut Ungkap Kuncinya
Kamis, 25 April 2024 - 11:26 WIB
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan dimana tercatat aset BRI mencapai Rp1,989,07 triliun atau tumbuh 9,11% yoy.
Dari sisi kualitas aset, meskipun mampu mendorong penyaluran kredit tumbuh double digit, nyatanya perseroan tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
"Kita lihat hingga akhir triwulan I 2024 tercatat rasio non-performing loan (NPL) BRI terkendali di kisaran 3,11%," kata dia.
Dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik semula dari 16,39% di akhir kuartal I 2023 menjadi 12,70% di akhir kuartal I 2024.
Sebagai bank dengan portfolio terbesar di segmen UMKM, rasanya NPL di kisaran 3% tersebut merupakan bukti nyata bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip-prinsip risk management yang prudent.
Dana pihak ketiga (DPK), dari sisi liabilitas perseroan mampu menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp1.416,21 triliun atau tumbuh 12,8% yoy hingga akhir Maret 2024.
Jumlah dana murah atau biasa disebut CASA masih mendominasi portfolio setimbanan BRI dengan pertumbuhan 7,8% secara yoy. Pertumbuhan CASA ini tidak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas yang berkelanjutan melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari KASA yang lebih stabil dan berkelanjutan. Kita lihat dari sisi likuiditas dan permodalan.
Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai di mana tercatat LDR Bank BRI pada akhir Maret 2024 sebesar 83,28%.
Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat ditunjukkan dengan nilai kar sebesar 23,97% dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, persoalan masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik lagi.
Sementara itu, pendapatan berbasis komisi atau biasa disebut fee-based income tumbuh sebesar 6,92% yoy menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI.
Dari sisi kualitas aset, meskipun mampu mendorong penyaluran kredit tumbuh double digit, nyatanya perseroan tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
"Kita lihat hingga akhir triwulan I 2024 tercatat rasio non-performing loan (NPL) BRI terkendali di kisaran 3,11%," kata dia.
Dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik semula dari 16,39% di akhir kuartal I 2023 menjadi 12,70% di akhir kuartal I 2024.
Sebagai bank dengan portfolio terbesar di segmen UMKM, rasanya NPL di kisaran 3% tersebut merupakan bukti nyata bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip-prinsip risk management yang prudent.
Dana pihak ketiga (DPK), dari sisi liabilitas perseroan mampu menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp1.416,21 triliun atau tumbuh 12,8% yoy hingga akhir Maret 2024.
Jumlah dana murah atau biasa disebut CASA masih mendominasi portfolio setimbanan BRI dengan pertumbuhan 7,8% secara yoy. Pertumbuhan CASA ini tidak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas yang berkelanjutan melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari KASA yang lebih stabil dan berkelanjutan. Kita lihat dari sisi likuiditas dan permodalan.
Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai di mana tercatat LDR Bank BRI pada akhir Maret 2024 sebesar 83,28%.
Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat ditunjukkan dengan nilai kar sebesar 23,97% dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, persoalan masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik lagi.
Sementara itu, pendapatan berbasis komisi atau biasa disebut fee-based income tumbuh sebesar 6,92% yoy menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI.
tulis komentar anda