Sampai 2026, Pertamina Komitmen Investasi USD90 Miliar Bangun Infrastruktur Migas
Selasa, 18 Agustus 2020 - 13:45 WIB
Dalam konteks pengolahan energi, Pertamina tengah menuntaskan megaproyek RDMP dan GRR untuk meningkatkan kapasitas kilang dari 1 juta barel menjadi 1,8 juta barel. Harapannya, seluruh kebutuhan BBM dalam negeri nantinya akan disuplai oleh kilang sendiri, tanpa ketergantungan impor. Pembangunan infrasruktur distribusi energi juga terus ditingkatkan untuk mengamankan pasokan energi, mulai dari TBBM, perkapalan, pipa distribusi, depot LPG hingga SPBU sebagai etalase energi negeri.
Dengan berbagai langkah perbaikan, Pertamina juga menjadi bagian lokomotif pembangunan nasional. Dengan perolehan laba bersih Pertamina di tahun 2019 sebesar USD 2,53 miliar atau setara Rp 35,8 triliun telah memberikan kontribusi kepada Negara sebesar Rp 181,5 triliun.
Kontribusi tersebut terdiri dari setoran pajak dan dividen 2019 Rp136,6 triliun (meningkat 13% dari 2018), setoran dividen tunai sebesar Rp 8,5 triliun (meningkat 7% dari 2018), kontribusi dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan hulu migas dan geothermal Rp 43,7 triliun serta serta Signature Bonus sebesar Rp 1,2 triliun seiring perolehan wilayah kerja baru di anak perusahaan hulu migas Pertamina. Pada sisi lain, Pertamina juga telah berhasil melakukan penghematan devisi negara sebesar Rp109 triliun, dengan melakukan upaya penurunan impor crude sebesar 35% dan impor produk sebesar 11%,” terang Nicke.
Pandemi Covid-19 ini juga mendorong Pertamina mempercepat inovasi di bidang energi. Pertamina telah menetapkan pengembangan energi baru terbarukan untuk mewujudkan green energy untuk mendukung Indonesia sehat, bersih dan ramah lingkungan.
Sebagai pilot project, Pertamina telah berhasil memproduksi 1.000 barel per Green Diesel (D-100) di Kilang Dumai dengan Cetane Number 78, lebih tinggi dibandingkan produksi perusahaan migas dunia. Inovasi Green Energy terus dikembangkan dengan target 6.000 barel per hari pada Biorefinery Cilacap serta 20.000 barel per hari di Biorefinery Plaju dengan 100% berbahan baku minyak nabati.
Keberhasilan D100 tak lepas dari sinegri Pertamina bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), yang telah berhasil mengembangkan inovasi katalis merah putih sebagai bahan utama dalam pengolahan green energy. Inovasi ini terus dikembangkan bersama sinergi BUMN untuk mewujudkan pabrik katalis merah putih pertama di Indonesia.
Melalui sinergi BUMN, Pertamina juga berinovasi melakukan regasifkasi batubara menjadi DME (Dimetil Eter) serta Methanol untuk mendukung produksi LPG dalam negeri. Pertamina mengalokasikan Investasi sekitar USD2,5 miliar untuk membangun pabrik DME di 4 lokasi sehingga bisa kebutuhan LPG dari dalam negeri, tidak tergantung impor.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, sudah banyak capaian positif yang diraih Pertamina. Di bawah Nicke, Pertamina tetap berkinerja baik meski dihadang pandemi Covid-19 dan pelemahan ekonomi. Juga, berhasil menyelesaikan program penting dengan capaian yang positif.
Sepanjang 2019 saja, Pertamina melalui anak usahanya PHE Jambi Merang telah menyelesaikan survey siesmik laut regional 2D di wilayah terbuka sepanjang 23.063 km dimana itu merupakan survey seismic terbesar di Asia Pasifik dimana diharapkan bisa mendapatkan giant discovery. Sektor hilir juga berhasil dimana program BBM Satu Harga sudah mencapai 161 titik daerah 3 T di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, program bio solar juga telah dilaksanakan dengan maksimal bahkan saat ini sudah mencapai B30 dimana lebih cepat dari target yang ditetapkan.
Dengan berbagai langkah perbaikan, Pertamina juga menjadi bagian lokomotif pembangunan nasional. Dengan perolehan laba bersih Pertamina di tahun 2019 sebesar USD 2,53 miliar atau setara Rp 35,8 triliun telah memberikan kontribusi kepada Negara sebesar Rp 181,5 triliun.
Kontribusi tersebut terdiri dari setoran pajak dan dividen 2019 Rp136,6 triliun (meningkat 13% dari 2018), setoran dividen tunai sebesar Rp 8,5 triliun (meningkat 7% dari 2018), kontribusi dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan hulu migas dan geothermal Rp 43,7 triliun serta serta Signature Bonus sebesar Rp 1,2 triliun seiring perolehan wilayah kerja baru di anak perusahaan hulu migas Pertamina. Pada sisi lain, Pertamina juga telah berhasil melakukan penghematan devisi negara sebesar Rp109 triliun, dengan melakukan upaya penurunan impor crude sebesar 35% dan impor produk sebesar 11%,” terang Nicke.
Pandemi Covid-19 ini juga mendorong Pertamina mempercepat inovasi di bidang energi. Pertamina telah menetapkan pengembangan energi baru terbarukan untuk mewujudkan green energy untuk mendukung Indonesia sehat, bersih dan ramah lingkungan.
Sebagai pilot project, Pertamina telah berhasil memproduksi 1.000 barel per Green Diesel (D-100) di Kilang Dumai dengan Cetane Number 78, lebih tinggi dibandingkan produksi perusahaan migas dunia. Inovasi Green Energy terus dikembangkan dengan target 6.000 barel per hari pada Biorefinery Cilacap serta 20.000 barel per hari di Biorefinery Plaju dengan 100% berbahan baku minyak nabati.
Keberhasilan D100 tak lepas dari sinegri Pertamina bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), yang telah berhasil mengembangkan inovasi katalis merah putih sebagai bahan utama dalam pengolahan green energy. Inovasi ini terus dikembangkan bersama sinergi BUMN untuk mewujudkan pabrik katalis merah putih pertama di Indonesia.
Melalui sinergi BUMN, Pertamina juga berinovasi melakukan regasifkasi batubara menjadi DME (Dimetil Eter) serta Methanol untuk mendukung produksi LPG dalam negeri. Pertamina mengalokasikan Investasi sekitar USD2,5 miliar untuk membangun pabrik DME di 4 lokasi sehingga bisa kebutuhan LPG dari dalam negeri, tidak tergantung impor.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, sudah banyak capaian positif yang diraih Pertamina. Di bawah Nicke, Pertamina tetap berkinerja baik meski dihadang pandemi Covid-19 dan pelemahan ekonomi. Juga, berhasil menyelesaikan program penting dengan capaian yang positif.
Sepanjang 2019 saja, Pertamina melalui anak usahanya PHE Jambi Merang telah menyelesaikan survey siesmik laut regional 2D di wilayah terbuka sepanjang 23.063 km dimana itu merupakan survey seismic terbesar di Asia Pasifik dimana diharapkan bisa mendapatkan giant discovery. Sektor hilir juga berhasil dimana program BBM Satu Harga sudah mencapai 161 titik daerah 3 T di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, program bio solar juga telah dilaksanakan dengan maksimal bahkan saat ini sudah mencapai B30 dimana lebih cepat dari target yang ditetapkan.
tulis komentar anda