Rupiah Semringah Menutup Akhir Pekan, Dolar Turun ke Rp16.083

Jum'at, 03 Mei 2024 - 16:31 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada perdagangan Jumat (3/5/2024). FOTO/dok.SINDOnews
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 102 poin ke level Rp16.083 setelah sebelumnya melemah ke Rp16.185 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.078 per USD.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan dolar AS memberikan ruang bernapas bagi mata uang regional, meskipun mata uang tersebut masih mengalami penurunan besar karena prospek suku bunga AS tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Data nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat diperkirakan akan menjadi faktor lebih lanjut dalam prospek suku bunga. Tanda-tanda kekuatan yang terus-menerus di pasar tenaga kerja memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi lebih lama," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (3/5/2024).





Bank sentral baru-baru ini memperingatkan bahwa hal ini kemungkinan akan tetap terjadi dalam jangka pendek, dengan inflasi yang tinggi juga memberi sedikit alasan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga. Namun The Fed juga mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak berniat menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Para pedagang dan analis mengaitkan penurunan ini sebagian besar dengan intervensi pasar mata uang oleh pemerintah Jepang. Pasangan USDJPY telah melonjak ke 160 awal pekan ini. Para pedagang mengatakan level ini adalah batasan baru untuk intervensi pasar mata uang. Pasar domestik Jepang tutup pada hari Jumat.

Namun volume yang lebih rendah juga membantu yen. Namun, faktor-faktor yang mendorong pelemahan yen baru-baru ini masih berpengaruh, terutama prospek suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Dari sentimen domestik, Bank Indonesia melaporkan bahwa Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Inflasi IHK April 2024 tercatat sebesar 0,25 persen (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 3 persen (yoy).

Hal ini akibat Kerjasama yang apik antara pemerintah dan BI yang telah menjaga inflasi melalui kebijakan moneter yang konsisten dan sinergi yang erat. Konsistensi ini didukung oleh Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan di berbagai daerah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More