Kuartal I-2024, Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp6.515 Triliun
Rabu, 15 Mei 2024 - 13:46 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia ( BI ) mencatat, utang luar negeri ( ULN ) Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai USD403,9 miliar atau sekitar Rp6.515 triliun (kurs JISDOR BI 14 Mei 2024 Rp16.131 per USD). Jumlah ini turun secara kuartalan (quarter-to-quarter) dibandingkan kuartal IV-2023 yang sebesar USD408,5 miliar.
"Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,02% (yoy), setelah tumbuh 3,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya," ungkap Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, dalam keterangan pers, Rabu (15/5/2024).
BI menyebutkan, penurunan berasal dari ULN sektor publik maupun swasta. Adapun ULN pemerintah mengalami penurunan menjadi USD192,2 miliar, dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar USD196,6 miliar.
Secara tahunan, ULN pemerintah terkontraksi sebesar 0,9% (yoy), setelah tumbuh 5,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Erwin menerangkan, penurunan ini disebabkan perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain. "Ini terjadi seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," ujarnya.
ULN swasta juga menurun di mana posisinya pada triwulan I-2024 sebesar USD197,0 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang sebesar USD198,4 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta merosot sebesar 1,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan lalu sebesar 1,2% (yoy). Erwin menyebut kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 1,8% (yoy) dan 1,6% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, lanjut Erwin, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.
"ULN swasta tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta," imbuhnya.
"Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,02% (yoy), setelah tumbuh 3,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya," ungkap Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, dalam keterangan pers, Rabu (15/5/2024).
BI menyebutkan, penurunan berasal dari ULN sektor publik maupun swasta. Adapun ULN pemerintah mengalami penurunan menjadi USD192,2 miliar, dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar USD196,6 miliar.
Secara tahunan, ULN pemerintah terkontraksi sebesar 0,9% (yoy), setelah tumbuh 5,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Erwin menerangkan, penurunan ini disebabkan perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain. "Ini terjadi seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," ujarnya.
ULN swasta juga menurun di mana posisinya pada triwulan I-2024 sebesar USD197,0 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang sebesar USD198,4 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta merosot sebesar 1,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan lalu sebesar 1,2% (yoy). Erwin menyebut kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 1,8% (yoy) dan 1,6% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, lanjut Erwin, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.
"ULN swasta tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta," imbuhnya.
(fjo)
tulis komentar anda