Orang Miskin Melonjak, FOI: 27% Anak Pergi Sekolah dengan Perut Kosong
Kamis, 20 Agustus 2020 - 19:35 WIB
JAKARTA - JNE sinergi dengan Foodbank of Indonesia (FOI) berinisiatif untuk membantu persoalan gizi pada anak melalui program Mentari Bangsaku. Program tersebut menargetkan 50.000 balita bebas dari kelaparan.
"Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Adanya pandemi Covid-19 diperkirakan meningkatkan angka kemiskinan ," ujar Founder FOI, Hendro Utomo dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (20/8/2020).
Menurut dia pandemi telah menyebabkan penghasilan masyarakat merosot drastis tentu menyebabkan gangguan akses pangan pada keluarga. Padahal tanpa adanya pandemi, Indonesia masih menghadapi masalah kelaparan yang serius. Berdasarkan hasil survei FOI, 2020 tingkat keparan disebabkan kemiskinan telah menyebabkan sekitar 27% anak ke sekolah dengan perut kosong. Sebab itu, FOI bekerjasama dengan JNE Gerakan Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia.
Deklarasi aksi ini dilakukan secara simbolis di Pandeglang, Jakarta,dan Banyuwangi diikuti oleh para bunda di berbagai wilayah dengan tekad untuk membuka akses pangan dan memerangi kelaparan pada balita. Kampanye yang menyasar 50.000 anak ini akan berlangsung dari 15 Agustus hingga 22 Desember 2020.
Rangkaian kegiatan diawali dengan Ekspedisi Merdeka 100% yang melalui 7 provinsi dan menempuh jarak lebih dari 2.500 Km. Ekspedisi dengan menggunakan moda transportasi motor ini dimulai daritanggal 15 Agustus dengan tujuan melakukan observasi lapangan tentang pola makan balita dariujung barat hingga ujung timur pulau Jawa. "Dari hasil observasi lapangan, situasi pandemi ini semakin mempersulit balita memperoleh akses pangan yang layak. Banyak balita kita yang mengalami kelaparan,gizi kurang, bahkan stunting," kata dia.
Sebab itu pihaknya bergerak bersama untuk memerdekakan balita Indonesia dari rasa lapar, sehingga dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Presiden Direktur JNE Mohammad Feriadi mengatakan sejak 2018 JNE bersinergi dengan FOI dalam distribusi bantuan pangan.
Sejak itu, JNE terus berupaya turut berkontribusi memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki untuk membantu mengirimkan berbagai bantuan pangan agar lebih luas lagi jangkauan areanya hingga ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk mendukung gerakan aksi 1000 Bunda yang digalang oleh FOI. "Tentunya, JNE berharap kinerja yang dijalankan dan kerjasama seperti bersama FOI, maupun kolaborasi lainnya seperti bantuan APD untuk paramedis atau bantuan-bantuan lainnya, dapat memberikan manfaat maupun kebahagiaan kepada masyarakat, sesuai dengan semangat tagline connecting happiness," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Lenny N. Rosalin mengungkapkan dukungan terhadap FOI untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi melalui redistribusi makanan berlebih sebagai upaya membuka akses pangan bagi kelompok rentan, termasuk balita. Kerjasama antar lembaga sangat penting untuk memastikan konvergensi seluruh kegiatan terkait pencegahan stunting, utamanya untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan atau 1.000 hari pertama kehidupan. “Sukses untuk FOI yang menginisiasi Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia," katanya.
"Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Adanya pandemi Covid-19 diperkirakan meningkatkan angka kemiskinan ," ujar Founder FOI, Hendro Utomo dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (20/8/2020).
Menurut dia pandemi telah menyebabkan penghasilan masyarakat merosot drastis tentu menyebabkan gangguan akses pangan pada keluarga. Padahal tanpa adanya pandemi, Indonesia masih menghadapi masalah kelaparan yang serius. Berdasarkan hasil survei FOI, 2020 tingkat keparan disebabkan kemiskinan telah menyebabkan sekitar 27% anak ke sekolah dengan perut kosong. Sebab itu, FOI bekerjasama dengan JNE Gerakan Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia.
Deklarasi aksi ini dilakukan secara simbolis di Pandeglang, Jakarta,dan Banyuwangi diikuti oleh para bunda di berbagai wilayah dengan tekad untuk membuka akses pangan dan memerangi kelaparan pada balita. Kampanye yang menyasar 50.000 anak ini akan berlangsung dari 15 Agustus hingga 22 Desember 2020.
Rangkaian kegiatan diawali dengan Ekspedisi Merdeka 100% yang melalui 7 provinsi dan menempuh jarak lebih dari 2.500 Km. Ekspedisi dengan menggunakan moda transportasi motor ini dimulai daritanggal 15 Agustus dengan tujuan melakukan observasi lapangan tentang pola makan balita dariujung barat hingga ujung timur pulau Jawa. "Dari hasil observasi lapangan, situasi pandemi ini semakin mempersulit balita memperoleh akses pangan yang layak. Banyak balita kita yang mengalami kelaparan,gizi kurang, bahkan stunting," kata dia.
Sebab itu pihaknya bergerak bersama untuk memerdekakan balita Indonesia dari rasa lapar, sehingga dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Presiden Direktur JNE Mohammad Feriadi mengatakan sejak 2018 JNE bersinergi dengan FOI dalam distribusi bantuan pangan.
Sejak itu, JNE terus berupaya turut berkontribusi memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki untuk membantu mengirimkan berbagai bantuan pangan agar lebih luas lagi jangkauan areanya hingga ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk mendukung gerakan aksi 1000 Bunda yang digalang oleh FOI. "Tentunya, JNE berharap kinerja yang dijalankan dan kerjasama seperti bersama FOI, maupun kolaborasi lainnya seperti bantuan APD untuk paramedis atau bantuan-bantuan lainnya, dapat memberikan manfaat maupun kebahagiaan kepada masyarakat, sesuai dengan semangat tagline connecting happiness," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Lenny N. Rosalin mengungkapkan dukungan terhadap FOI untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi melalui redistribusi makanan berlebih sebagai upaya membuka akses pangan bagi kelompok rentan, termasuk balita. Kerjasama antar lembaga sangat penting untuk memastikan konvergensi seluruh kegiatan terkait pencegahan stunting, utamanya untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan atau 1.000 hari pertama kehidupan. “Sukses untuk FOI yang menginisiasi Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia," katanya.
(nng)
tulis komentar anda