10 Perusahaan Tekstil yang PHK Karyawan di Awal 2024, Ada 13.800 Karyawan Kena Dampak
Rabu, 12 Juni 2024 - 08:04 WIB
JAKARTA - Pabrik tekstil di Indonesia satu per satu gulung tikar hingga mengakibatkan pemutusan hubungan kerja atau PHK belasan ribu karyawan. Kabar terkini PT. S. Dupantex asal Pekalongan menutup pabriknya dan merumahkan 700-an karyawannya.
Dupantex menjadi salah satu dari perusahaan tekstil lainnya yang melakukan efisiensi dan menutup bisnis sejak akhir tahun 2023. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi menjelaskan, PT S. Dupantex menutup usahanya terhitung pada 6 Juni 2024 kemarin.
Ristadi mengatakan, secara mayoritas pabrik tekstil gulung tikar karena tidak lagi mendapatkan pembelian produknya. "Berdasarkan data yang kami terima, karena order barang menurun. Bahkan ada perusahaan tekstil yang tidak mendapatkan order pembelian sama sekali," jelas Ristadi saat dihubungi MPI, Selasa (11/6/2024).
Diterangkan juga, menurunnya permintaan tekstil dan produk tekstil (TPT) yang diproduksi oleh pabrik tersebut, lantaran kalah bersaing secara harga dengan barang impor, khususnya dengan yang berasal dari Tiongkok.
"Pabrik-pabrik tekstil tersebut sebenarnya sudah berusaha untuk bertahan dengan inovasi menjual barangnya sendiri, tetapi kemudian tidak laku juga terutama di pasar lokal," terang Ristadi.
"Produk mereka tidak laku karena kalah bersaing harganya dengan barang TPT impor, terutama dari China, sehingga mereka tidak mampu bertahan," sambung Ristadi.
Dia mengungkapkan, perusahaan tekstil lokal tersebut pun tetap berusaha bertahan dengan melakukan efisiensi karyawan guna mempertahankan keuangan perusahaan. Pabrik-pabrik tekstil tersebut, lanjut Ristadi, berusaha bertahan dengan mengurangi karyawan secara bertahap.
Baca Juga
Dupantex menjadi salah satu dari perusahaan tekstil lainnya yang melakukan efisiensi dan menutup bisnis sejak akhir tahun 2023. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi menjelaskan, PT S. Dupantex menutup usahanya terhitung pada 6 Juni 2024 kemarin.
Ristadi mengatakan, secara mayoritas pabrik tekstil gulung tikar karena tidak lagi mendapatkan pembelian produknya. "Berdasarkan data yang kami terima, karena order barang menurun. Bahkan ada perusahaan tekstil yang tidak mendapatkan order pembelian sama sekali," jelas Ristadi saat dihubungi MPI, Selasa (11/6/2024).
Diterangkan juga, menurunnya permintaan tekstil dan produk tekstil (TPT) yang diproduksi oleh pabrik tersebut, lantaran kalah bersaing secara harga dengan barang impor, khususnya dengan yang berasal dari Tiongkok.
"Pabrik-pabrik tekstil tersebut sebenarnya sudah berusaha untuk bertahan dengan inovasi menjual barangnya sendiri, tetapi kemudian tidak laku juga terutama di pasar lokal," terang Ristadi.
"Produk mereka tidak laku karena kalah bersaing harganya dengan barang TPT impor, terutama dari China, sehingga mereka tidak mampu bertahan," sambung Ristadi.
Dia mengungkapkan, perusahaan tekstil lokal tersebut pun tetap berusaha bertahan dengan melakukan efisiensi karyawan guna mempertahankan keuangan perusahaan. Pabrik-pabrik tekstil tersebut, lanjut Ristadi, berusaha bertahan dengan mengurangi karyawan secara bertahap.
tulis komentar anda