Ngeri! 1.000 Lebih Perusahaan di Jepang Bangkrut dalam Sekejap
Rabu, 12 Juni 2024 - 14:39 WIB
JAKARTA - Biaya hidup membengkak dan pelemahan yen serta berakhirnya insentif pandemi Covid-19 menjadi penyebab tingginya jumlah kebangkrutan perusahaan di Jepang. Tercatat sebanyak 1.009 perusahaan bangkrut pada Mei 2024 melonjak 42,9% dalam sebulan.
Lonjakan tersebut terjadi pertama kalinya dalam satu dekade sejak Juli 2013. Tokyo Shoko Research melaporkan kebangkrutan meningkat dari tahun ke tahun di seluruh industri disebabkan harga yang sangat tinggi. Total utang perusahaan yang bangkrut di bulan Mei mencapai 136,7 miliar yen atau USD870 juta.
Melansir The Asahi Shimbun, jumlah perusahaan yang bangkrut meningkat dari tahun ke tahun berjumlah 10 industri termasuk sektor jasa dan konstruksi kecuali industri ritel dan telekomunikasi mencatat jumlah bulanan tertinggi di bulan Mei.
Kebangkrutan yang disebabkan lonjakan harga tertinggi sejak pandemi Covid-19. Pelemahan yen mendorong kenaikan biaya impor seperti bahan baku dan pasokan energi sehingga memberikan tekanan pada keuntungan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Industri konstruksi dan manufaktur juga terdampak paling siginfikan.
Pinjaman bebas bunga tidak memerlukan agunan sebagai langkah dukungan bagi mereka yang terkena dampak. Tokyo Shoko Research menyalahkan ekonomi yang memburuk akibat lonjakan harga dan melemahnya yen menjadi penyebab utama kebangkrutan. Pelemahan yen memberikan tekanan pada bisnis perusahaan dan diproyeksikan belum akan berakhir kesengsaraan tersebut.
"Sangat mungkin jumlah kebangkrutan akan terus meningkat," jelas perusahaan riset ini.
Lonjakan tersebut terjadi pertama kalinya dalam satu dekade sejak Juli 2013. Tokyo Shoko Research melaporkan kebangkrutan meningkat dari tahun ke tahun di seluruh industri disebabkan harga yang sangat tinggi. Total utang perusahaan yang bangkrut di bulan Mei mencapai 136,7 miliar yen atau USD870 juta.
Melansir The Asahi Shimbun, jumlah perusahaan yang bangkrut meningkat dari tahun ke tahun berjumlah 10 industri termasuk sektor jasa dan konstruksi kecuali industri ritel dan telekomunikasi mencatat jumlah bulanan tertinggi di bulan Mei.
Kebangkrutan yang disebabkan lonjakan harga tertinggi sejak pandemi Covid-19. Pelemahan yen mendorong kenaikan biaya impor seperti bahan baku dan pasokan energi sehingga memberikan tekanan pada keuntungan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Industri konstruksi dan manufaktur juga terdampak paling siginfikan.
Baca Juga
Pinjaman bebas bunga tidak memerlukan agunan sebagai langkah dukungan bagi mereka yang terkena dampak. Tokyo Shoko Research menyalahkan ekonomi yang memburuk akibat lonjakan harga dan melemahnya yen menjadi penyebab utama kebangkrutan. Pelemahan yen memberikan tekanan pada bisnis perusahaan dan diproyeksikan belum akan berakhir kesengsaraan tersebut.
"Sangat mungkin jumlah kebangkrutan akan terus meningkat," jelas perusahaan riset ini.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda