Ingin Jadi Destinasi Birdwatching Kelas Dunia, Kemenparekraf: Status Konservasi di Tambrauw Jangan Hilang
Rabu, 19 Agustus 2020 - 08:08 WIB
SORONG - Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku wisatawan, dimana para turis cenderung menghindari wisata massal dan memilih wisata di luar ruangan alias outdoor. Sejalan dengan itu, ekowisata terutama yang berbasis wisata alam kembali ngetren.
Beruntungnya, Indonesia adalah surganya wisata alam. Salah satunya adalah aktivitas wisata minat khusus memantau burung alias birdwatching yang tengah didorong pengembangannya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, kawasan Indonesia timur seperti Papua Barat dengan keragaman flora dan faunanya sangat potensial untuk menjadi destinasi birdwatching. Hal itu disampaikan Rizki pada Focus Group Discussion (FGD) Pola Perjalanan Birdwatching di Sorong, Papua Barat, Rabu (18/8/2020).
Pada kesempatan tersebut, Kiki menekankan salah satu potensi destinasi birdwatching yang dapat menjadi unggulan adalah di kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Di kabupaten ini, burung cenderawasih yang juga dijuliki Bird of Paradise bisa ditemui dengan mudah di hutan-hutannya yang masih terjaga.
"Ini menjadi keunggulan dari Papua Barat. Potensi wisata ini harus dibuktikan sebagai salah satu koridor di Papua Barat, mulai dari Raja Ampat, Sorong, Tambrauw, sampai Manokwari. Ini merupakan momen pariwisata yang harus didorong dan kembangkan, dan ini juga akan memperkuat Papua Barat secara nasional," ujar Rizki dalam sambutannya. (Baca juga: Upacara Sederhana Namun Khidmat Warga Sereh Sentani Papua )
Dia pun mengimbau agar masyarakat menjaga status Tambrauw sebagai daerah konservasi, yang akan sangat mendukung nilai jual destinasi dalam industri pariwisata.
Rizki bahkan menekankan agar status daerah konservasi jangan sampai hilang. Ketika status konservasi hilang dari Tambrauw, tandas dia, maka kabupaten berpenduduk sekira 32.000 jiwa itu akan dinilai sama seperti daerah lainnya dan tidak memiliki keunikan atau ciri khas yang menonjol.
"Status sebagai daerah konservasi jangan sampai hilang dari Tambrauw, karena inilah yang menjadi keunggulan dan nilai jualnya. Kami akan coba kolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain untuk menjaga dan memaksimalkan serta mengembangkan konservasi di Tambrauw," tuturnya.
Bupati Tambraw, Gabriel Asem, mengatakan, status Tambrauw sebagai kabupaten konservasi telah ditetapkan dalam Perda nomor 6 tahun 2016.
Dia pun berharap ke depan Tambrauw yang dikenal sebagai destinasi pariwisata burung khususnya jenis cendrawasih ini, dapat menjadi pintu masuk untuk pengembangan ikon destinasi wisata alam lainnya.
“Hutan adat bila mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka akan membantu masyarakat. Termasuk untuk mendukung kegiatan seperti birdwatching. Kami juga sudah membahas dalam sidang adat. Jadi bila tempat ini dikunjungi wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, tidak akan ada masalah,” tandasnya. (Baca juga: Off-Roader di Lombok Gelar Upacara HUT RI di Tengah Hutan )
Gabriel juga menegaskan perlunya pelibatan masyarakat yang punya hak wilayah agar turut lestarikan dan menjaga lingkungan dengan baik. "Dengan begitu maka otomatis isi hutan juga terjaga dengan baik, yang di dalamnya adalah flora dan fauna," tuturnya.
Beruntungnya, Indonesia adalah surganya wisata alam. Salah satunya adalah aktivitas wisata minat khusus memantau burung alias birdwatching yang tengah didorong pengembangannya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, kawasan Indonesia timur seperti Papua Barat dengan keragaman flora dan faunanya sangat potensial untuk menjadi destinasi birdwatching. Hal itu disampaikan Rizki pada Focus Group Discussion (FGD) Pola Perjalanan Birdwatching di Sorong, Papua Barat, Rabu (18/8/2020).
Pada kesempatan tersebut, Kiki menekankan salah satu potensi destinasi birdwatching yang dapat menjadi unggulan adalah di kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Di kabupaten ini, burung cenderawasih yang juga dijuliki Bird of Paradise bisa ditemui dengan mudah di hutan-hutannya yang masih terjaga.
"Ini menjadi keunggulan dari Papua Barat. Potensi wisata ini harus dibuktikan sebagai salah satu koridor di Papua Barat, mulai dari Raja Ampat, Sorong, Tambrauw, sampai Manokwari. Ini merupakan momen pariwisata yang harus didorong dan kembangkan, dan ini juga akan memperkuat Papua Barat secara nasional," ujar Rizki dalam sambutannya. (Baca juga: Upacara Sederhana Namun Khidmat Warga Sereh Sentani Papua )
Dia pun mengimbau agar masyarakat menjaga status Tambrauw sebagai daerah konservasi, yang akan sangat mendukung nilai jual destinasi dalam industri pariwisata.
Rizki bahkan menekankan agar status daerah konservasi jangan sampai hilang. Ketika status konservasi hilang dari Tambrauw, tandas dia, maka kabupaten berpenduduk sekira 32.000 jiwa itu akan dinilai sama seperti daerah lainnya dan tidak memiliki keunikan atau ciri khas yang menonjol.
"Status sebagai daerah konservasi jangan sampai hilang dari Tambrauw, karena inilah yang menjadi keunggulan dan nilai jualnya. Kami akan coba kolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain untuk menjaga dan memaksimalkan serta mengembangkan konservasi di Tambrauw," tuturnya.
Bupati Tambraw, Gabriel Asem, mengatakan, status Tambrauw sebagai kabupaten konservasi telah ditetapkan dalam Perda nomor 6 tahun 2016.
Dia pun berharap ke depan Tambrauw yang dikenal sebagai destinasi pariwisata burung khususnya jenis cendrawasih ini, dapat menjadi pintu masuk untuk pengembangan ikon destinasi wisata alam lainnya.
“Hutan adat bila mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka akan membantu masyarakat. Termasuk untuk mendukung kegiatan seperti birdwatching. Kami juga sudah membahas dalam sidang adat. Jadi bila tempat ini dikunjungi wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, tidak akan ada masalah,” tandasnya. (Baca juga: Off-Roader di Lombok Gelar Upacara HUT RI di Tengah Hutan )
Gabriel juga menegaskan perlunya pelibatan masyarakat yang punya hak wilayah agar turut lestarikan dan menjaga lingkungan dengan baik. "Dengan begitu maka otomatis isi hutan juga terjaga dengan baik, yang di dalamnya adalah flora dan fauna," tuturnya.
(ind)
tulis komentar anda