Taipan Rusia: Sanksi Barat pada Akhirnya Bakal Mengakhiri Dominasi Dolar Amerika
Jum'at, 05 Juli 2024 - 13:23 WIB
JAKARTA - Sanksi Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) pada akhirnya bakal mengakibatkan dolar AS atau USD kehilangan dominasinya usai menjadi mata uang utama global untuk waktu yang sangat lama. Hal ini disampaikan oleh taipan Rusia , Andrey Melnichenko kepada jurnalis Amerika Tucker Carlson.
Dalam wawancara hampir dua jam yang muncul di saluran YouTube Carlson pada hari Rabu, keduanya berbicara tentang berbagai hal, termasuk sanksi Barat yang dikenakan terhadap pengusaha atas konflik Ukraina.
Pendiri produsen pupuk EuroChem dan perusahaan penghasil batu bara SUEK dua dekade lalu, termasuk dalam daftar sanksi AS dan Uni Eropa (UE) pada 2022, bersama dengan istrinya. Ia juga masuk daftar hitam oleh negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris dan Swiss.
Berbicara seputar sanksi Barat terhadap Rusia, Melnichenko mengatakan, bahwa dia menganggap dirinya sebagai "korban yang tidak disengaja dari konflik yang lebih besar."
Pengusaha itu juga mengklaim, bahwa mata uang cadangan dunia tidak akan ada lagi sebagai akibat dari sanksi Barat. Selain itu menurut Melnichenko, proses de-dolarisasi sedang mendapatkan momentum di seluruh dunia yang ditunjukkan bahwa saat ini lebih dari 50% perdagangan luar negeri China diselesaikan dalam mata uang selain greenback.
Sementara lebih dari satu dekade yang lalu, sekitar 90% perdagangan lintas batas negara itu dilakukan dalam mata uang AS. Hal sama juga terjadi di Rusia, ketika dolar menjadi mata uang paling dominan untuk ekspor dan impor. Tapi situasi berbeda terjadi saat ini yang kata Melnichenko, "tersisa 14% dan proses yang sama terjadi di negara lain."
"Secara umum, saya pikir dolar akan kehilangan posisinya sebagai mata uang dunia yang dominan. Hal ini salah satu konsekuensi (dari sanksi)," ungkap pengusaha itu memprediksi.
Menurut Melnichenko, tatanan dunia multipolar baru saat ini sedang dibuat karena "kita sedang melalui periode waktu ketika dominasi satu negara adidaya, Amerika Serikat, tidak akan lagi berada di masa depan dengan cara yang sama seperti sebelumnya."
Lebih lanjut Ia memberikan, catatan bahwa China tumbuh dengan "kecepatan luar biasa" untuk menjadi negara adidaya dunia. "Kita akan melihat setidaknya ada dua negara adidaya, yang dalam satu atau cara lain akan mengatur urusan dunia ke depan," ungkap Melnichenko menyimpulkan.
Dalam wawancara hampir dua jam yang muncul di saluran YouTube Carlson pada hari Rabu, keduanya berbicara tentang berbagai hal, termasuk sanksi Barat yang dikenakan terhadap pengusaha atas konflik Ukraina.
Pendiri produsen pupuk EuroChem dan perusahaan penghasil batu bara SUEK dua dekade lalu, termasuk dalam daftar sanksi AS dan Uni Eropa (UE) pada 2022, bersama dengan istrinya. Ia juga masuk daftar hitam oleh negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris dan Swiss.
Berbicara seputar sanksi Barat terhadap Rusia, Melnichenko mengatakan, bahwa dia menganggap dirinya sebagai "korban yang tidak disengaja dari konflik yang lebih besar."
Pengusaha itu juga mengklaim, bahwa mata uang cadangan dunia tidak akan ada lagi sebagai akibat dari sanksi Barat. Selain itu menurut Melnichenko, proses de-dolarisasi sedang mendapatkan momentum di seluruh dunia yang ditunjukkan bahwa saat ini lebih dari 50% perdagangan luar negeri China diselesaikan dalam mata uang selain greenback.
Sementara lebih dari satu dekade yang lalu, sekitar 90% perdagangan lintas batas negara itu dilakukan dalam mata uang AS. Hal sama juga terjadi di Rusia, ketika dolar menjadi mata uang paling dominan untuk ekspor dan impor. Tapi situasi berbeda terjadi saat ini yang kata Melnichenko, "tersisa 14% dan proses yang sama terjadi di negara lain."
"Secara umum, saya pikir dolar akan kehilangan posisinya sebagai mata uang dunia yang dominan. Hal ini salah satu konsekuensi (dari sanksi)," ungkap pengusaha itu memprediksi.
Menurut Melnichenko, tatanan dunia multipolar baru saat ini sedang dibuat karena "kita sedang melalui periode waktu ketika dominasi satu negara adidaya, Amerika Serikat, tidak akan lagi berada di masa depan dengan cara yang sama seperti sebelumnya."
Lebih lanjut Ia memberikan, catatan bahwa China tumbuh dengan "kecepatan luar biasa" untuk menjadi negara adidaya dunia. "Kita akan melihat setidaknya ada dua negara adidaya, yang dalam satu atau cara lain akan mengatur urusan dunia ke depan," ungkap Melnichenko menyimpulkan.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda