Bos SKK Migas Bantah Industri Migas Masuki Fase Sunset
Selasa, 16 Juli 2024 - 15:56 WIB
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas ) membantah, pernyataan yang mengatakan bahwa industri hulu migas mulai terbenam atau memasuki fase sunset. Hal itu lantaran saat ini marak kampanye energi terbarukan yang dinilai jauh lebih bersih daripada minyak dan gas bumi.
"Tetapi itu semua kan hanya bicara energi. Sedangkan minyak dan gas tidak hanya untuk energi, namun juga petrokimia. Jadi saya percaya tidak ada sunset untuk industri migas ," tegas Kepala SKK Migas Dwi Sotjipt dalam Peringatan 22 Tahun Hulu Migas yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Dwi menambahkan, sektor hulu migas juga mampu memberi efek berganda bagi sektor lain. Salah satunya tak lepas dari penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam operasionalnya.
"TKDN mencapai Rp76,5 triliun tahun 2023, hingga penyediaan lapangan kerja untuk 150.000 pekerja," urai Dwi.
Kendati demikian, Dwi mengingatkan agar pelaku industri hulu migas tak jemawa dengan capaian itu. Pasalnya, menurut Dwi, ada tantangan lebih berat yang menanti industri hulu migas ke depannya.
Dwi pun berharap kebutuhan minyak dan gas bumi bisa terus meningkat secara volume. Bukan hanya untuk sumber energi, tetapi juga bagi bahan baku industri petrokimia.
"Peningkatan ini terutama karena migas masih sangat dibutuhkan tidak hanya untuk energi ,tapi juga sebagai bahan baku atau feedstock bagi industri petrokimia," tutup Dwi.
"Tetapi itu semua kan hanya bicara energi. Sedangkan minyak dan gas tidak hanya untuk energi, namun juga petrokimia. Jadi saya percaya tidak ada sunset untuk industri migas ," tegas Kepala SKK Migas Dwi Sotjipt dalam Peringatan 22 Tahun Hulu Migas yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Baca Juga
Dwi menambahkan, sektor hulu migas juga mampu memberi efek berganda bagi sektor lain. Salah satunya tak lepas dari penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam operasionalnya.
"TKDN mencapai Rp76,5 triliun tahun 2023, hingga penyediaan lapangan kerja untuk 150.000 pekerja," urai Dwi.
Kendati demikian, Dwi mengingatkan agar pelaku industri hulu migas tak jemawa dengan capaian itu. Pasalnya, menurut Dwi, ada tantangan lebih berat yang menanti industri hulu migas ke depannya.
Dwi pun berharap kebutuhan minyak dan gas bumi bisa terus meningkat secara volume. Bukan hanya untuk sumber energi, tetapi juga bagi bahan baku industri petrokimia.
"Peningkatan ini terutama karena migas masih sangat dibutuhkan tidak hanya untuk energi ,tapi juga sebagai bahan baku atau feedstock bagi industri petrokimia," tutup Dwi.
(akr)
tulis komentar anda