Rupiah Menguat 1,21%, Bos BI: Lebih Perkasa dari Peso Filipina dan Baht Thailand Cs
Rabu, 17 Juli 2024 - 16:19 WIB
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) , Perry Warjiyo menyebutkan, bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berhasil kembali menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dalam memitigasi dampak rambatan global.
"Nilai tukar Rupiah pada Juli 2024 (hingga 16 Juli 2024) menguat 1,21 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG BI di Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut, sambungnya, dipengaruhi oleh komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat.
"Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah melemah 4,84 persen (ytd) dari level akhir Desember 2023, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14 persen, 5,44 persen, dan 7,03 persen," tambah Perry.
Ke depan, dia meyakini bahwa nilai tukar rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen BI untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah yang kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing.
Tak hanya itu, dia mengatakan, bahwa BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.
"Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," pungkas Perry.
"Nilai tukar Rupiah pada Juli 2024 (hingga 16 Juli 2024) menguat 1,21 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG BI di Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut, sambungnya, dipengaruhi oleh komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat.
"Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah melemah 4,84 persen (ytd) dari level akhir Desember 2023, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14 persen, 5,44 persen, dan 7,03 persen," tambah Perry.
Ke depan, dia meyakini bahwa nilai tukar rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen BI untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah yang kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing.
Tak hanya itu, dia mengatakan, bahwa BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.
"Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," pungkas Perry.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda