Ekspor Minyak Rusia Merosot ke Level Terendah 7 Bulan, Ini 2 Biang Keroknya
Jum'at, 26 Juli 2024 - 07:44 WIB
JAKARTA - Ekspor minyak Rusia mengalami penurunan hingga ke level terendah sejak Desember 2023. Ekspor dari dua pelabuhan utama negara itu, Primorsk dan Ust-Luga tercatat menyusut hingga 41% dalam sebulan terakhir untuk berada dalam tren penurunan lanjutan.
Dilaporkan Bloomberg, penurunan terjadi ketika Rusia mematuhi kebijakan OPEC plus untuk mengurangi produksi yang sudah disepakati para anggotanya. Lebih lanjut Rusia juga berencana memangkas produksi lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang untuk menebus produksi di luar kuota OPEC+.
Kremlin secara umum mematuhi anjuran OPEC dalam serangkaian pemotongan pada bulan Maret. Presiden Rusia, Vladimir Putin mendukung upaya OPEC+ untuk mempertahankan harga minyak, akan tetapi menyuarakan kekhawatiran atas kehilangan pangsa pasar ke AS (Amerika Serikat).
Sejauh tahun ini, ekspor minyak mentah Rusia mengalami penurunan sekitar 30.000 barel per hari dari rata-rata tahun lalu, dan turun 620.000 barel per hari sejak menyentuh posisi puncak di bulan April.
Penurunan ekspor minyak mentah Rusia juga terjadi di tengah sanksi terbaru dari Ukraina terhadap pemasok minyak Rusia Lukoil, yang telah mengalihkan beberapa aliran minyak ke negara-negara Eropa seperti Hongaria dan Slovakia. Pipa ke negara-negara ini harus melewati Ukraina, dan ekspor bisa naik lagi setelah Lukoil mengalihkan aliran.
Sementara itu, Inggris baru-baru ini juga memberikan sanksi kepada kapal tanker yang memindahkan minyak dari Rusia, termasuk beberapa yang merupakan bagian dari "armada bayangan" negara itu. Lebih dari 60 kapal tanker yang membawa minyak mentah Rusia berada di bawah bayang-bayang sanksi.
Sanksi Inggris tersebut mendorong penolakan dari penyulingan di beberapa negara, seperti India yang enggan menerima pengiriman minyak Rusia.
Sanksi terhadap energi Rusia menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengurangi pendapatan yang dibutuhkan untuk tetap mendanai perang di Ukraina, dan telah meningkat sejak konflik dimulai pada tahun 2022.
Rusia berkontribusi terhadap sekitar 12% dari produksi minyak mentah global pada tahun 2023, menjadikannya produsen minyak mentah terbesar ketiga di dunia, menurut Statista.
Dilaporkan Bloomberg, penurunan terjadi ketika Rusia mematuhi kebijakan OPEC plus untuk mengurangi produksi yang sudah disepakati para anggotanya. Lebih lanjut Rusia juga berencana memangkas produksi lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang untuk menebus produksi di luar kuota OPEC+.
Kremlin secara umum mematuhi anjuran OPEC dalam serangkaian pemotongan pada bulan Maret. Presiden Rusia, Vladimir Putin mendukung upaya OPEC+ untuk mempertahankan harga minyak, akan tetapi menyuarakan kekhawatiran atas kehilangan pangsa pasar ke AS (Amerika Serikat).
Sejauh tahun ini, ekspor minyak mentah Rusia mengalami penurunan sekitar 30.000 barel per hari dari rata-rata tahun lalu, dan turun 620.000 barel per hari sejak menyentuh posisi puncak di bulan April.
Penurunan ekspor minyak mentah Rusia juga terjadi di tengah sanksi terbaru dari Ukraina terhadap pemasok minyak Rusia Lukoil, yang telah mengalihkan beberapa aliran minyak ke negara-negara Eropa seperti Hongaria dan Slovakia. Pipa ke negara-negara ini harus melewati Ukraina, dan ekspor bisa naik lagi setelah Lukoil mengalihkan aliran.
Sementara itu, Inggris baru-baru ini juga memberikan sanksi kepada kapal tanker yang memindahkan minyak dari Rusia, termasuk beberapa yang merupakan bagian dari "armada bayangan" negara itu. Lebih dari 60 kapal tanker yang membawa minyak mentah Rusia berada di bawah bayang-bayang sanksi.
Sanksi Inggris tersebut mendorong penolakan dari penyulingan di beberapa negara, seperti India yang enggan menerima pengiriman minyak Rusia.
Sanksi terhadap energi Rusia menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengurangi pendapatan yang dibutuhkan untuk tetap mendanai perang di Ukraina, dan telah meningkat sejak konflik dimulai pada tahun 2022.
Rusia berkontribusi terhadap sekitar 12% dari produksi minyak mentah global pada tahun 2023, menjadikannya produsen minyak mentah terbesar ketiga di dunia, menurut Statista.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda