Sempat Menyesal Gabung Belt and Road Initiative, Italia Kini Ajak China Rujuk
Senin, 29 Juli 2024 - 19:20 WIB
BEIJING - Italia dan China mencoba mengatur ulang hubungan ekonomi, setelah hubungan kedua negara sempat memburuk. Bahkan Italia pernah mengaku menyesal bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) China.
Awalnya, Italia mendapatkan keuntungan besar, tetapi kini mereka justru mengalami banyak kemunduran. Pada akhir 2023 lalu, Pemerintah Italia mengkonfirmasi, bakal menarik diri dari Belt and Road Initiative atau dikenal sebagai jalut sutra modern yang menjadi proyek andalan China.
Namun pada akhir pekan kemarin, Italia dan China meneken rencana aksi tiga tahun untuk mengimplementasikan perjanjian masa lalu dan bereksperimen dengan bentuk-bentuk kerja sama baru. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni saat melakukan kunjungan resmi ke China.
Meloni mencoba mengatur ulang hubungan dengan China di tengah kekhawatiran perang dagang dengan Uni Eropa (UE) yang semakin memanas. Italia diketahui berminat menarik investasi China di sektor manufaktur mobil dan sektor lainnya.
"Kami tentu memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan saya yakin bahwa hal ini bisa bermanfaat dalam fase yang begitu kompleks di tingkat global, dan juga penting di tingkat multilateral," ungkapnya dalam sambutan di awal pertemuan dengan Perdana Menteri China Li Qiang.
Kunjungan PM Giorgia Meloni selama lima hari, setelah beberapa bulan lalu Italia memutuskan keluar dari Belt and Road Initiative China. Diketahui Belt and Road Initiative merupakan kebijakan andalan Presiden Xi Jinping untuk membangun infrastruktur listrik dan transportasi di seluruh dunia untuk merangsang perdagangan global sambil juga memperdalam hubungan China dengan negara-negara lain.
Namun Italia sepertinya tetap ingin mengejar hubungan ekonomi yang kuat dengan China. Stellantis, pembuat mobil yang mencakup Fiat Italia, mengumumkan pada bulan Mei bahwa mereka telah membentuk usaha patungan dengan Leapmotor, sebuah startup mobil listrik China, untuk mulai menjual EV (mobil listrik) di Eropa.
Baca Juga
Awalnya, Italia mendapatkan keuntungan besar, tetapi kini mereka justru mengalami banyak kemunduran. Pada akhir 2023 lalu, Pemerintah Italia mengkonfirmasi, bakal menarik diri dari Belt and Road Initiative atau dikenal sebagai jalut sutra modern yang menjadi proyek andalan China.
Namun pada akhir pekan kemarin, Italia dan China meneken rencana aksi tiga tahun untuk mengimplementasikan perjanjian masa lalu dan bereksperimen dengan bentuk-bentuk kerja sama baru. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni saat melakukan kunjungan resmi ke China.
Meloni mencoba mengatur ulang hubungan dengan China di tengah kekhawatiran perang dagang dengan Uni Eropa (UE) yang semakin memanas. Italia diketahui berminat menarik investasi China di sektor manufaktur mobil dan sektor lainnya.
"Kami tentu memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan saya yakin bahwa hal ini bisa bermanfaat dalam fase yang begitu kompleks di tingkat global, dan juga penting di tingkat multilateral," ungkapnya dalam sambutan di awal pertemuan dengan Perdana Menteri China Li Qiang.
Kunjungan PM Giorgia Meloni selama lima hari, setelah beberapa bulan lalu Italia memutuskan keluar dari Belt and Road Initiative China. Diketahui Belt and Road Initiative merupakan kebijakan andalan Presiden Xi Jinping untuk membangun infrastruktur listrik dan transportasi di seluruh dunia untuk merangsang perdagangan global sambil juga memperdalam hubungan China dengan negara-negara lain.
Namun Italia sepertinya tetap ingin mengejar hubungan ekonomi yang kuat dengan China. Stellantis, pembuat mobil yang mencakup Fiat Italia, mengumumkan pada bulan Mei bahwa mereka telah membentuk usaha patungan dengan Leapmotor, sebuah startup mobil listrik China, untuk mulai menjual EV (mobil listrik) di Eropa.
tulis komentar anda