Wanginya Ekspor Kopi Indonesia, Surplus USD560 Juta di Awal Tahun
Senin, 24 Agustus 2020 - 19:07 WIB
JAKARTA - Kinerja ekspor kopi Indonesia masih menunjukkan tren positif. Tercatat pada periode Januari-Juni 2020, ekspor kopi Indonesia mencapai sebesar USD620,41 juta. Sementara impor kopi pada Januari-Juni 2020 sebesar USD59,83 juta.
"Januari-Juni 2020 ini kita masih diberikan kenikmatan surplus, meski tidak banyak USD560,58 juta. Selama kurun waktu 5 tahun tren ekspor kopi minus, tapi di tahun 2019 masih diberikan surplus. Saya kira ini berkat kerja keras semua stakeholder," ujar Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Olvy Andrianita dalam webinar di Jakarta, Senin (24/8/2020).
(Baca Juga: Sruput! Industri Olahan Ekspor 4,82 Ton Kopi ke China )
Pada tahun 2019, nilai ekspor kopi mencapai USD1,48 miliar atau mengalami kenaikan 6,93% dibandingkan tahun 2018. Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019, ekspor kopi Indonesia pada Januari-Juni 2020 mengalami penurunan 8,57%.
Olvy melanjutkan, produk ekspor kopi Indonesia selama periode Januari-Juni 2020 disumbang dari biji kopi tanpa sangrai sebesar 58%. Kemudian kopi instan sebesar 19,14%, ekstrak kopi 19,07%, essence dan konsentrat 0,9% ditambah dari campuran pasta dari kopi sangrai 0,73%.
"Negara tujuan ekspor kopi Indonesia antara lain ASEAN, Jepang, Eropa. Ini masih menjadi PR bagi kita untuk berjuang meningkatkan ekspor melawan Brazil, Jerman, Vietnam, Swiss, Kolombia, dan Italia," tuturnya.
(Baca Juga: Garap Peran Pengepul dalam Rantai Pasok Kopi Indonesia )
Meski ekspor kopi Indonesia masih positif, namun impor kopi juga perlu menjadi perhatian. Tren impor kopi selama 2015-2019 menunjukkan peningkatan sebesar 15,54%. Menurut Olvy, peningkatan impor kopi terjadi seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi di dalam negeri.
"Orang lebih senang minum kopi di dalam negeri, itu kita sangat apresiasi. Gerai-gerai kopi juga berkembang pesat. Tapi sedihnya yang diminum bukan hanya kopi Indonesia saja. Ternyata banyak juga kopi-kopi impor. Memang ada pasar tertentu yang membutuhkan produk impor dan tergantung bagaimana kita menciptakan sebuah kopi," ungkapnya.
Meski begitu, Olvy meyakini kopi Indonesia masih mempunyai peluang bisnis yang sangat besar di dalam negeri maupun di luar negeri. Permintaan kopi di beberapa negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Mesir stabil dan cenderung meningkat.
"Pasar lain yang perlu kita pegang adalah Middle East. Ini perlu kita tingkatkan ekspor kopi ke sana karena minum kopi di negara-negara tersebut sudah jadi bagian dari hospitality," jelasnya.
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
"Januari-Juni 2020 ini kita masih diberikan kenikmatan surplus, meski tidak banyak USD560,58 juta. Selama kurun waktu 5 tahun tren ekspor kopi minus, tapi di tahun 2019 masih diberikan surplus. Saya kira ini berkat kerja keras semua stakeholder," ujar Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Olvy Andrianita dalam webinar di Jakarta, Senin (24/8/2020).
(Baca Juga: Sruput! Industri Olahan Ekspor 4,82 Ton Kopi ke China )
Pada tahun 2019, nilai ekspor kopi mencapai USD1,48 miliar atau mengalami kenaikan 6,93% dibandingkan tahun 2018. Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019, ekspor kopi Indonesia pada Januari-Juni 2020 mengalami penurunan 8,57%.
Olvy melanjutkan, produk ekspor kopi Indonesia selama periode Januari-Juni 2020 disumbang dari biji kopi tanpa sangrai sebesar 58%. Kemudian kopi instan sebesar 19,14%, ekstrak kopi 19,07%, essence dan konsentrat 0,9% ditambah dari campuran pasta dari kopi sangrai 0,73%.
"Negara tujuan ekspor kopi Indonesia antara lain ASEAN, Jepang, Eropa. Ini masih menjadi PR bagi kita untuk berjuang meningkatkan ekspor melawan Brazil, Jerman, Vietnam, Swiss, Kolombia, dan Italia," tuturnya.
(Baca Juga: Garap Peran Pengepul dalam Rantai Pasok Kopi Indonesia )
Meski ekspor kopi Indonesia masih positif, namun impor kopi juga perlu menjadi perhatian. Tren impor kopi selama 2015-2019 menunjukkan peningkatan sebesar 15,54%. Menurut Olvy, peningkatan impor kopi terjadi seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi di dalam negeri.
"Orang lebih senang minum kopi di dalam negeri, itu kita sangat apresiasi. Gerai-gerai kopi juga berkembang pesat. Tapi sedihnya yang diminum bukan hanya kopi Indonesia saja. Ternyata banyak juga kopi-kopi impor. Memang ada pasar tertentu yang membutuhkan produk impor dan tergantung bagaimana kita menciptakan sebuah kopi," ungkapnya.
Meski begitu, Olvy meyakini kopi Indonesia masih mempunyai peluang bisnis yang sangat besar di dalam negeri maupun di luar negeri. Permintaan kopi di beberapa negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Mesir stabil dan cenderung meningkat.
"Pasar lain yang perlu kita pegang adalah Middle East. Ini perlu kita tingkatkan ekspor kopi ke sana karena minum kopi di negara-negara tersebut sudah jadi bagian dari hospitality," jelasnya.
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
(akr)
tulis komentar anda