China Penyelamat Ekonomi Rusia, Perdagangan Capai Rp2,1 Kuadriliun
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 08:44 WIB
JAKARTA - Perdagangan antara Rusia dengan China dari Januari hingga Juli 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,6% . Dari peningkatan itu kerja sama kedua negara itu mencapai USD136,67 miliar atau setara Rp2,1 kuadriliun.
China dianggap sebagai penyelamat utama dari ekonomi Rusia yang sejat Barat menjatuhkan sanksi kepada Moskow. Sanksi itu diberikan atas invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Mengutip dari the moscow times, Perdagangan antara kedua negara mencapai rekor tertinggi sebesar USD240 miliar atau setara Rp3,8 kuadriliun pada tahun 2023.
Mengutip data bea cukai Tiongkok, melaporkan bahwa Tiongkok mengekspor barang senilai USD61,64 miliar ke Rusia dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 atau turun 1,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor mencapai USD75,03 miliar naik 3,9%.
Setelah kehilangan akses ke pasar energi yang menguntungkan di Eropa, Rusia menjadi semakin bergantung pada China untuk mengekspor komoditas energinya.
Namun, di tengah melonjaknya perdagangan, ancaman sanksi AS terhadap bank-bank China telah menciptakan hambatan dalam pembayaran lintas batas antara Rusia dan China. Ada prosedur kepatuhan yang lebih ketat dari bank-bank yang ada di negara tirai bambu tersebut.
China dianggap sebagai penyelamat utama dari ekonomi Rusia yang sejat Barat menjatuhkan sanksi kepada Moskow. Sanksi itu diberikan atas invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Mengutip dari the moscow times, Perdagangan antara kedua negara mencapai rekor tertinggi sebesar USD240 miliar atau setara Rp3,8 kuadriliun pada tahun 2023.
Mengutip data bea cukai Tiongkok, melaporkan bahwa Tiongkok mengekspor barang senilai USD61,64 miliar ke Rusia dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 atau turun 1,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor mencapai USD75,03 miliar naik 3,9%.
Setelah kehilangan akses ke pasar energi yang menguntungkan di Eropa, Rusia menjadi semakin bergantung pada China untuk mengekspor komoditas energinya.
Namun, di tengah melonjaknya perdagangan, ancaman sanksi AS terhadap bank-bank China telah menciptakan hambatan dalam pembayaran lintas batas antara Rusia dan China. Ada prosedur kepatuhan yang lebih ketat dari bank-bank yang ada di negara tirai bambu tersebut.
(fch)
tulis komentar anda