Penjualan Kendaraan Mulai Laris, Gaikindo Harap Bisa Capai 250.000 Unit
Selasa, 25 Agustus 2020 - 13:46 WIB
JAKARTA - Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengungkapkan bahwa sektor otomotif turut terimbas berat akibat pandemi Covid-19. Dia mengaku penjualan kendaraan sangat menurun di bulan April 2020, namun perlahan sudah mulai kembali meski jauh dari angka normal.
"Normalnya setiap bulan kita bisa menjual 80-90 ribu unit, baik itu di retail maupun wholesale. Tapi bulan Juli kemarin, kita baru mencapai angka 25 ribu. Jadi, masih jauh dari angka 80 ribu," ungkap Jongkie dalam Market Review IDX Channel di Jakarta, Selasa (25/8/2020). (Baca juga: Stok di Pasar Terbatas, Daihatsu Siap Tambah Jumlah Produksi )
Dia menambahkan, bulan April lalu juga diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga semua perusahaan tutup, baik produsen atau agen pemegang merek (APM) dan para dealer.
"Setelah tiga bulan tutup, maka ada PSBB transisi, dimana produsen dan APM sudah mulai bisa membuka perusahaannya dan melakukan penjualan ke dealer, itu yang kami sebut wholesale. Dari dealer sudah buka, maka terjadilah penjualan dari dealer ke konsumen, yakni retail," tambah Jongkie. (Baca juga: Banyak Muncul Klaster Baru, PSBB Tangerang Raya Kembali Diperpanjang )
Pada Juli, angka penjualan kendaraan secara retail baru mencapai 35 ribu. Meski demikian, pihaknya berharap hingga akhir tahun masih bisa mencapai target.
"Dari bulan Juli, masih ada waktu lima bulan sampai akhir tahun (Desember). Semoga akhir tahun ini bisa mencapai angka total 250 ribu," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menambahkan, dari sisi stimulus, pemerintah harus memberikan stimulus yang lebih beragam. (Baca juga: BRI Salurkan Banpres Rp1,64 Triliun ke Lebih dari 683 Ribu UMKM )
"Bukan diskon atau DP 0% saja bagi konsumen, tapi juga meringankan biaya produksi bagi pelaku usaha. Ini bisa dilakukan untuk menekan angka PHK yang saya rasa harus dihindari," tuturnya.
Untuk ke depannya, Faisal menyarankan bahwa yang perlu diantisipasi adalah bagaimana beradaptasi sampai 2021, dimana diperlukan efisiensi di bagian produksi hingga menyasar pada penjualan di pasar.
"Normalnya setiap bulan kita bisa menjual 80-90 ribu unit, baik itu di retail maupun wholesale. Tapi bulan Juli kemarin, kita baru mencapai angka 25 ribu. Jadi, masih jauh dari angka 80 ribu," ungkap Jongkie dalam Market Review IDX Channel di Jakarta, Selasa (25/8/2020). (Baca juga: Stok di Pasar Terbatas, Daihatsu Siap Tambah Jumlah Produksi )
Dia menambahkan, bulan April lalu juga diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga semua perusahaan tutup, baik produsen atau agen pemegang merek (APM) dan para dealer.
"Setelah tiga bulan tutup, maka ada PSBB transisi, dimana produsen dan APM sudah mulai bisa membuka perusahaannya dan melakukan penjualan ke dealer, itu yang kami sebut wholesale. Dari dealer sudah buka, maka terjadilah penjualan dari dealer ke konsumen, yakni retail," tambah Jongkie. (Baca juga: Banyak Muncul Klaster Baru, PSBB Tangerang Raya Kembali Diperpanjang )
Pada Juli, angka penjualan kendaraan secara retail baru mencapai 35 ribu. Meski demikian, pihaknya berharap hingga akhir tahun masih bisa mencapai target.
"Dari bulan Juli, masih ada waktu lima bulan sampai akhir tahun (Desember). Semoga akhir tahun ini bisa mencapai angka total 250 ribu," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menambahkan, dari sisi stimulus, pemerintah harus memberikan stimulus yang lebih beragam. (Baca juga: BRI Salurkan Banpres Rp1,64 Triliun ke Lebih dari 683 Ribu UMKM )
"Bukan diskon atau DP 0% saja bagi konsumen, tapi juga meringankan biaya produksi bagi pelaku usaha. Ini bisa dilakukan untuk menekan angka PHK yang saya rasa harus dihindari," tuturnya.
Untuk ke depannya, Faisal menyarankan bahwa yang perlu diantisipasi adalah bagaimana beradaptasi sampai 2021, dimana diperlukan efisiensi di bagian produksi hingga menyasar pada penjualan di pasar.
(ind)
tulis komentar anda