Utang Luar Negeri Bikin Rupiah Loyo, Nilai Tukar Ditutup Rp15.699 per Dolar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 16:57 WIB
Melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi dari kondisi utang luar negeri Indonesia yang meningkat. Foto/Dok
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 24,5 poin atau 0,16 persen ke level Rp15.699 setelah sebelumnya di Rp15.675 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp15.618 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah melemah dipengaruhi harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juli dan peningkatan inflasi tahunan melambat menjadi di bawah 3 persen untuk pertama kalinya dalam hampir 3-1/2 tahun, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan.

"Para pedagang lebih menyukai pemangkasan yang lebih kecil, 25 basis poin oleh Fed pada bulan September, menurut CME Fedwatch. Alat tersebut sebelumnya mengindikasikan para pedagang terbagi atas pemangkasan 25 bps dan 50 bps, dengan yang terakhir menyajikan prospek yang lebih baik untuk pasar logam," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (15/8/2024).





Kekhawatiran investor atas potensi respons Iran terhadap pembunuhan pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas bulan lalu mendukung harga. Tiga pejabat senior Iran mengatakan bahwa hanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang akan menahan Iran dari pembalasan langsung terhadap Israel atas pembunuhan tersebut.

Pertumbuhan produksi pabrik Tiongkok melambat pada bulan Juli sementara produksi kilang turun untuk bulan keempat, yang menggarisbawahi pemulihan ekonomi negara yang tidak merata, yang juga membatasi kenaikan pasar.

Namun, rilis data penjualan ritel di Tiongkok tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli, membuat investor sebagian besar mengabaikan hasil yang lebih lemah dari perkiraan pada produksi industri dan investasi aset tetap, sementara tingkat pengangguran Tiongkok juga secara tak terduga tumbuh menjadi 4,2 persen.

Dari sentimen domestik, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II-2024 tercatat sebesar USD408,6 miliar. Utang valas ini tumbuh sebesar 2,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,2 persen (yoy) pada triwulan I 2024. Peningkatan tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta.

Sementara itu, ULN pemerintah kembali mencatat kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN pemerintah pada triwulan II-2024 sebesar USD191,0 miliar, atau mencatat kontraksi pertumbuhan 0,8 persen (yoy), berlanjut dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,9% (yoy).



Hal tersebut dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.630 - Rp15.720 per dolar AS.
(fch)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More