Transaksi Minyak Tanpa Dolar, India Dapat Diskon Rp108 Triliun
Selasa, 27 Agustus 2024 - 09:00 WIB
JAKARTA - Anggota BRICS, China, mengambil keuntungan penuh dari sanksi AS terhadap Rusia dengan mendorong yuan China untuk penyelesa ian perdagangan.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen secara terbuka mengakui sanksi-sanksi tersebut hanya membantu mata uang lokal dan merugikan dolar. Ia mengungkapkan bahwa sanksi-sanksi itulah yang membuat aliansi BRICS mempertimbangkan untuk melakukan dedolarisasi dengan menggunakan mata uang lokal untuk transaksi lintas batas.
Baca Juga: Publik Arab Ledek Nasrallah: Roket Hizbullah Hanya Bunuh dan Lukai Ayam Israel
China sudah berhasil dalam upayanya, karena yuan telah mengungguli dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Pemerintahan Xi Jinping tidak meninggalkan satu langkah pun dalam meyakinkan Rusia untuk menerima yuan untuk semua pembayaran perdagangan.
Mayoritas negara-negara berkembang sekarang membayar dalam yuan China dan rubel Rusia untuk transaksi dengan negara ini. Rusia sepenuhnya mulai menerima yuan China untuk pembayaran setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap ekonominya pada Februari 2022.
Beberapa negara berkembang lainnya, termasuk mitra BRICS-nya India dan Brasil, menyelesaikan perdagangan dalam yuan China untuk minyak mentah. India bahkan menghemat USD7 miliar setara Rp108 triliun dalam pertukaran mata uang dengan menggunakan yuan dan bukan dolar AS untuk membeli minyak dengan harga diskon.
Baca Juga: Saling Balas, Pertarungan China dan Uni Eropa Makin Panas
Melansir Watcher Guru, Yuan menyumbang 42% dari semua transaksi internasional yang dilakukan di Rusia antara tahun 2023 hingga 2024. Dolar AS menyumbang 39,5% dari semua penyelesaian lintas batas yang dilakukan oleh anggota BRICS Rusia selama periode yang sama.
Dolar AS telah menurun sebesar 2,5% sehingga menjadikan Yuan sebagai mata uang yang paling banyak digunakan di Rusia pada tahun 2023-2024.
Baik anggota BRICS, China dan Rusia, mempelopori agenda dedolarisasi di seluruh dunia. Negara-negara berkembang menemukan prospek yang menguntungkan karena inisiatif ini memperkuat mata uang lokal yang memberikan dorongan bagi ekonomi asli mereka.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen secara terbuka mengakui sanksi-sanksi tersebut hanya membantu mata uang lokal dan merugikan dolar. Ia mengungkapkan bahwa sanksi-sanksi itulah yang membuat aliansi BRICS mempertimbangkan untuk melakukan dedolarisasi dengan menggunakan mata uang lokal untuk transaksi lintas batas.
Baca Juga: Publik Arab Ledek Nasrallah: Roket Hizbullah Hanya Bunuh dan Lukai Ayam Israel
China sudah berhasil dalam upayanya, karena yuan telah mengungguli dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Pemerintahan Xi Jinping tidak meninggalkan satu langkah pun dalam meyakinkan Rusia untuk menerima yuan untuk semua pembayaran perdagangan.
Mayoritas negara-negara berkembang sekarang membayar dalam yuan China dan rubel Rusia untuk transaksi dengan negara ini. Rusia sepenuhnya mulai menerima yuan China untuk pembayaran setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap ekonominya pada Februari 2022.
Beberapa negara berkembang lainnya, termasuk mitra BRICS-nya India dan Brasil, menyelesaikan perdagangan dalam yuan China untuk minyak mentah. India bahkan menghemat USD7 miliar setara Rp108 triliun dalam pertukaran mata uang dengan menggunakan yuan dan bukan dolar AS untuk membeli minyak dengan harga diskon.
Baca Juga: Saling Balas, Pertarungan China dan Uni Eropa Makin Panas
Melansir Watcher Guru, Yuan menyumbang 42% dari semua transaksi internasional yang dilakukan di Rusia antara tahun 2023 hingga 2024. Dolar AS menyumbang 39,5% dari semua penyelesaian lintas batas yang dilakukan oleh anggota BRICS Rusia selama periode yang sama.
Dolar AS telah menurun sebesar 2,5% sehingga menjadikan Yuan sebagai mata uang yang paling banyak digunakan di Rusia pada tahun 2023-2024.
Baik anggota BRICS, China dan Rusia, mempelopori agenda dedolarisasi di seluruh dunia. Negara-negara berkembang menemukan prospek yang menguntungkan karena inisiatif ini memperkuat mata uang lokal yang memberikan dorongan bagi ekonomi asli mereka.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda