Dengarkanlah Jeritan Taiwan Ketika Bergantung pada Pasar China
Kamis, 27 Agustus 2020 - 13:52 WIB
JAKARTA - Direktur Taiwan ASEAN Studies Center, Kristy Tsun-Tzu Hsu, mengatakan bahwa selama ini Taiwan sangat bergantung pada pasar China. Kondisi ini dinilai rentan, terlebih karena Amerika Serikat (AS) dan China masih berada dalam status perang dagang .
Namun, di tahun 2019, ekspor Taiwan ke AS meningkat 17,1%, sementara ekspornya ke China dan negara ASEAN lainnya berkurang sebesar 4,9% dan 4,0%. ( Baca juga:Ahok Sindir Dirut Pertamina: Ngerti Nggak Sih Tugas Komut Itu Apa? )
"Taiwan sebelumnya memegang peran vital dalam supply chain yang berpusat di China, serta membangun industri-industri manufaktur di negara-negara ASEAN," ungkap Kristy dalam Indonesia-Taiwan Economic Webinar 2020 di Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Ekspor semikonduktor dan alat berteknologi tinggi dari Taiwan telah memperoleh keuntungan dari perang dagang AS-China, karena adanya permintaan yang meningkat dari pasar China dan pengalihan dagang ke Taiwan. Sayangnya, ekspor di sektor-sektor lainnya justru menjadi kacau.
"Persaingan teknologi AS-China, atau disebut de-coupling, justru menimbulkan risiko collateral damage yang lebih besar bagi Taiwan," tambah Kristy.
Menurut Kristy, model ekonomi Taiwan yang berbasis ekspor manufaktur selama beberapa dekade ini harus diubah. Pasalnya, model ini menghadapi tantangan untuk pembangunan berkelanjutan dan meningkatnya persaingan global. ( Baca juga:Dilaporkan Terima Mandat Kekuasaan, Adik Kim Jong-un Malah Menghilang )
"Untuk itu, kerja sama Indonesia-Taiwan diperlukan dalam rangka merestrukturisasi global supply chain dan merancang model pertumbuhan yang baru. Ke depannya akan ada kerja sama lebih dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM), budidaya bakat, pertukaran pendidikan, dan juga pengembangan bersama dalam startup dan entrepreneurship," pungkasnya.
Namun, di tahun 2019, ekspor Taiwan ke AS meningkat 17,1%, sementara ekspornya ke China dan negara ASEAN lainnya berkurang sebesar 4,9% dan 4,0%. ( Baca juga:Ahok Sindir Dirut Pertamina: Ngerti Nggak Sih Tugas Komut Itu Apa? )
"Taiwan sebelumnya memegang peran vital dalam supply chain yang berpusat di China, serta membangun industri-industri manufaktur di negara-negara ASEAN," ungkap Kristy dalam Indonesia-Taiwan Economic Webinar 2020 di Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Ekspor semikonduktor dan alat berteknologi tinggi dari Taiwan telah memperoleh keuntungan dari perang dagang AS-China, karena adanya permintaan yang meningkat dari pasar China dan pengalihan dagang ke Taiwan. Sayangnya, ekspor di sektor-sektor lainnya justru menjadi kacau.
"Persaingan teknologi AS-China, atau disebut de-coupling, justru menimbulkan risiko collateral damage yang lebih besar bagi Taiwan," tambah Kristy.
Menurut Kristy, model ekonomi Taiwan yang berbasis ekspor manufaktur selama beberapa dekade ini harus diubah. Pasalnya, model ini menghadapi tantangan untuk pembangunan berkelanjutan dan meningkatnya persaingan global. ( Baca juga:Dilaporkan Terima Mandat Kekuasaan, Adik Kim Jong-un Malah Menghilang )
"Untuk itu, kerja sama Indonesia-Taiwan diperlukan dalam rangka merestrukturisasi global supply chain dan merancang model pertumbuhan yang baru. Ke depannya akan ada kerja sama lebih dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM), budidaya bakat, pertukaran pendidikan, dan juga pengembangan bersama dalam startup dan entrepreneurship," pungkasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda