Terungkap, Minyak Rusia Rp30,3 Triliun Masih Mengalir ke Barat
Jum'at, 20 September 2024 - 08:30 WIB
MOSKOW - Rusia terus mengirimkan produk minyak senilai miliaran dolar ke Barat, untuk menjadi sinyal gelombang sanksi Barat belum berjalan maksimal. Rusia terpantau masih mengekspor minyak mentahnya ke Turki, di mana kilang memproses minyak dan kemudian mengekspor produk minyak mentah ke Barat.
Hal itu dilaporkan berdasarkan analisis terbaru dari the Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) atau Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.
Data CREA menunjukkan bahwa Rusia menjual minyak senilai USD1,3 miliar ke tiga kilang Turki pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, negara-negara G7 plus membeli sekitar USD2 miliar setara Rp30,3 triliun (Kurs Rp15.150 per USD) produk minyak asal Rusia dari penyulingan Turki, seperti diperkirakan oleh lembaga think tank.
Negara-negara Barat juga meningkatkan pembelian mereka dari tiga kilang Turki sejak Rusia memulai invasinya ke Ukraina, tambah laporan dari para peneliti. AS (Amerika Serikat), juga menggenjot impornya yang berasal dari kilang tersebut sebesar 335% setiap tahun pada paruh pertama tahun 2024.
"Negara-negara G7+ telah menunjukkan sedikit keinginan atau kemauan politik untuk mengatasi celah penyulingan dan menghentikannya sejak awal invasi skala penuh Rusia ke Ukraina. Sementara itu celah menjadi tidak terkendali, negara-negara G7+ sebenarnya telah meningkatkan impor mereka dari negara-negara non-sanksi, mengambil keuntungan dari situasi dengan hanya mengalihkan pemasok mereka dari Rusia ke negara ketiga yang pada dasarnya berfungsi sebagai pedagang perantara Rusia," kata para peneliti.
Ini bukan pertama kalinya Rusia menggunakan mitra dagangnya untuk tetap menyalurkan produk energi ke Barat. Penyulingan India, misalnya menyalurkan sekitar 89.000 barel bensin dan solar per hari ke New York, terungkap dalam data analisis Kpler 2023.
Pembeli minyak Rusia di Asia, bagaimanapun mulai mengalami kemunduran dalam beberapa bulan terakhir, dengan pengiriman minyak mentah Rusia ke benua itu turun sekitar 10% sejak musim semi. Hal ini enurut data Argus Media yang dikutip oleh Bloomberg.
Turki menjadi "pasar jarak pendek" terakhir yang tersisa untuk minyak Rusia yang dikirim dari pelabuhan baratnya. Dimana mereka mengambil sekitar 210.000 barel minyak mentah Rusia per hari pada bulan lalu.
Di sisi lain sanksi Barat terus bekerja untuk mengurangi pendapatan perang Moskow. Pembatasan perdagangan, yang mencakup batas harga minyak mentah Rusia USD60 dan larangan minyak Rusia, mengurangi keuntungan minyak mentah Rusia sebesar 14% pada tahun 2023.
Menurut analisis CREA sebelumnya juga menemukan, keuntungan Rusia dari minyak yang menyusut, juga dibantu oleh pemotongan produksi minyak sukarela Rusia dan jatuhnya harga minyak mentah.
Penjualan minyak mentah Rusia turun menjadi USD1,4 miliar pada awal September 2024, untuk menjadi level terendah yang tercatat sejak Januari, dilaporkan Bloomberg.
Hal itu dilaporkan berdasarkan analisis terbaru dari the Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) atau Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.
Data CREA menunjukkan bahwa Rusia menjual minyak senilai USD1,3 miliar ke tiga kilang Turki pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, negara-negara G7 plus membeli sekitar USD2 miliar setara Rp30,3 triliun (Kurs Rp15.150 per USD) produk minyak asal Rusia dari penyulingan Turki, seperti diperkirakan oleh lembaga think tank.
Negara-negara Barat juga meningkatkan pembelian mereka dari tiga kilang Turki sejak Rusia memulai invasinya ke Ukraina, tambah laporan dari para peneliti. AS (Amerika Serikat), juga menggenjot impornya yang berasal dari kilang tersebut sebesar 335% setiap tahun pada paruh pertama tahun 2024.
"Negara-negara G7+ telah menunjukkan sedikit keinginan atau kemauan politik untuk mengatasi celah penyulingan dan menghentikannya sejak awal invasi skala penuh Rusia ke Ukraina. Sementara itu celah menjadi tidak terkendali, negara-negara G7+ sebenarnya telah meningkatkan impor mereka dari negara-negara non-sanksi, mengambil keuntungan dari situasi dengan hanya mengalihkan pemasok mereka dari Rusia ke negara ketiga yang pada dasarnya berfungsi sebagai pedagang perantara Rusia," kata para peneliti.
Ini bukan pertama kalinya Rusia menggunakan mitra dagangnya untuk tetap menyalurkan produk energi ke Barat. Penyulingan India, misalnya menyalurkan sekitar 89.000 barel bensin dan solar per hari ke New York, terungkap dalam data analisis Kpler 2023.
Pembeli minyak Rusia di Asia, bagaimanapun mulai mengalami kemunduran dalam beberapa bulan terakhir, dengan pengiriman minyak mentah Rusia ke benua itu turun sekitar 10% sejak musim semi. Hal ini enurut data Argus Media yang dikutip oleh Bloomberg.
Turki menjadi "pasar jarak pendek" terakhir yang tersisa untuk minyak Rusia yang dikirim dari pelabuhan baratnya. Dimana mereka mengambil sekitar 210.000 barel minyak mentah Rusia per hari pada bulan lalu.
Di sisi lain sanksi Barat terus bekerja untuk mengurangi pendapatan perang Moskow. Pembatasan perdagangan, yang mencakup batas harga minyak mentah Rusia USD60 dan larangan minyak Rusia, mengurangi keuntungan minyak mentah Rusia sebesar 14% pada tahun 2023.
Menurut analisis CREA sebelumnya juga menemukan, keuntungan Rusia dari minyak yang menyusut, juga dibantu oleh pemotongan produksi minyak sukarela Rusia dan jatuhnya harga minyak mentah.
Penjualan minyak mentah Rusia turun menjadi USD1,4 miliar pada awal September 2024, untuk menjadi level terendah yang tercatat sejak Januari, dilaporkan Bloomberg.
(akr)
tulis komentar anda