Gazprom Terlempar dari Daftar Perusahaan Paling Menguntungkan di Rusia, Efek Sanksi Barat?

Jum'at, 27 September 2024 - 16:12 WIB
Raksasa energi, Gazprom terlempar dari daftar 100 perusahaan paling menguntungkan di Rusia versi Forbes, usai menelan kerugian terbesar dalam hampir tiga dekade. Foto/Dok
JAKARTA - Raksasa energi, Gazprom terlempar dari daftar 100 perusahaan paling menguntungkan di Rusia versi Forbes, usai menelan kerugian terbesar dalam hampir tiga dekade. Terakhir kali pada tahun 2023 kemarin, perusahaan energi yang dikelola negara itu masih menduduki posisi puncak.



Sementara itu perusahaan minyak utama Rusia, Rosneft menempati posisi teratas tahun 2024 dengan laba bersih yang dilaporkan lebih dari USD16,5 miliar di 2023. Tempat kedua dan ketiga dalam daftar ditempati oleh raksasa perbankan yang dikendalikan negara, Sber dan perusahaan energi, Surgutneftegaz, yang masing-masing mencatatkan kenaikan tipis laba bersih di atas USD16,2 miliar dan USD14 miliar.



Menurut Forbes, Gazprom telah diuntungkan dari lonjakan harga gas di Eropa pada tahun 2022, tetapi dalam laporan keuangan dipengaruhi secara signifikan oleh hilangnya pasar tahun lalu.



Pada bulan Mei, perusahaan melaporkan rugi bersih sebesar USD6,8 miliar untuk tahun 2023, dan menjadi kerugian tahunan pertama sejak 1999 setelah berkurangnya ekspor gas karena sanksi Barat.

Hasil yang dikantongi Gazprom sangat kontras dengan laba bersih sebesar USD13,2 miliar yang tercatat selama tahun sebelumnya. Total pendapatan perusahaan turun menjadi USD92 miliar pada tahun 2023 dari USD126 miliar pada tahun 2022.

Kerugian besar tersebut membuat raksasa energi Gazprom keluar dari 100 perusahaan paling menguntungkan di Rusia, menurut Forbes.

Ekspor gas Rusia ke pasar tradisional di seluruh UE (Uni Eropa) mengalami penurunan besar karena sanksi Barat terkait eskalasi konflik Ukraina dan sabotase pipa Nord Stream, yang sebelumnya menyediakan konektor gas utama Rusia ke wilayah tersebut.

Pada tahun 2023, pasokan gas alam Gazprom ke Eropa turun 55,6% menjadi 28,3 miliar meter kubik (bcm) sepanjang 2023, menurut perhitungan Reuters.

Sementara itu Gazprom telah mengarahkan perdagangan energi mereka menuju ke Asia, dimana China muncul sebagai salah satu pembeli terbesarnya. Volume pasokan gas Rusia ke China diproyeksi bisa mencapai sekitar 100 bcm per tahun ketika pipa Power of Siberia beroperasi penuh. Saat pipa beroperasi secara keseluruhan, China akan menggantikan Uni Eropa dalam hal pembelian gas Rusia, menurut Gazprom.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More