Perbaiki Kinerja Ekonomi, Daya Beli Terus Digenjot
Jum'at, 28 Agustus 2020 - 06:35 WIB
JAKARTA - Sektor konsumsi menjadi andalan pemerintah dalam memperbaiki kinerja ekonomi kuartal III/2020. Berbagai bantuan tunai diberikan kepada kelompok masyarakat terdampak Covid-19 dengan harapan dapat meningkatkan daya beli.
Teranyar adalah program subsidi bagi pekerja di bawah Rp5 juta. Program itu menyasar 15,7 juta pekerja dengan nilai subsidi Rp600.000 per bulan selama empat bulan. Subsidi gaji pekerja itu mulai dicairkan secara simbolis di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, program untuk mendongkrak daya beli masyarakat guna memutar kembali roda perekomian dilakukan dengan menyalurkan dana bantuan modal untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Program tersebut dialokasikan untuk 12 juta UMKM dengan besaran bantuan Rp2,4 juta per orang. (Baca: Pesantren Ikut Berperan Pemulihan Ekonomi)
Di samping dua bantuan tersebut, selama masa pandemi Covid-19, pemerintah telah mengguyurkan bantuan lain untuk masyarakat. Mulai dari bantuan sosial tunai sebesar Rp600.000 per bulan selama April, Mei, Juni. Bantuan tersebut diperpanjang hingga akhir tahun ini dengan nilai Rp300.000 per bulan. Kemudian ada juga bantuan langsung tunai (BLT) dana desa, kartu prakerja, hingga program listrik gratis.
Saat meluncurkan program subsidi pekerja kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap dengan diberikannya bantuan ini akan meningkatkan konsumsi rumah tangga bagi para pekerja. Dengan demikian, daya beli masyarakat juga meningkat.
“Dan kita harapkan pertumbuhan ekonomi kita Indonesia kembali pada posisi normal,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Pada tahap pertama, pemberian subsidi gaji dibagikan kepada 2,5 juta pekerja dengan nilai masing-masing Rp600.000 per bulan selama empat bulan. Pemerintah menargetkan, bantuan tunai ini tersalurkan kepada 15,7 juta pada September 2020. (Baca juga: Disebut Hendak Nyapres 2024, Gatot Nurmantyo Bilang Begini)
Sektor konsumsi memang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Maklum, pandemi Covid-19 mengakibatkan terganggunya daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga yang selama ini berkontribusi sekitar 57% dari produk domestik bruto (PDB) nasional turut melemah. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi di kaurat II/2020 minus 5,32%. Adapun khusus sektor konsumsi, mengalami penurunan hingga 5,52%.
Kondisi ini mau tidak mau memaksa pemerintah untuk bergerak cepat agar perekonomian bergairah lagi. Pasalnya, jika di kuartal III PDB nasional mengalami kembali terkontraksi, maka Indonesia dipastikan masuk ke jurang resesi.
Teranyar adalah program subsidi bagi pekerja di bawah Rp5 juta. Program itu menyasar 15,7 juta pekerja dengan nilai subsidi Rp600.000 per bulan selama empat bulan. Subsidi gaji pekerja itu mulai dicairkan secara simbolis di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, program untuk mendongkrak daya beli masyarakat guna memutar kembali roda perekomian dilakukan dengan menyalurkan dana bantuan modal untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Program tersebut dialokasikan untuk 12 juta UMKM dengan besaran bantuan Rp2,4 juta per orang. (Baca: Pesantren Ikut Berperan Pemulihan Ekonomi)
Di samping dua bantuan tersebut, selama masa pandemi Covid-19, pemerintah telah mengguyurkan bantuan lain untuk masyarakat. Mulai dari bantuan sosial tunai sebesar Rp600.000 per bulan selama April, Mei, Juni. Bantuan tersebut diperpanjang hingga akhir tahun ini dengan nilai Rp300.000 per bulan. Kemudian ada juga bantuan langsung tunai (BLT) dana desa, kartu prakerja, hingga program listrik gratis.
Saat meluncurkan program subsidi pekerja kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap dengan diberikannya bantuan ini akan meningkatkan konsumsi rumah tangga bagi para pekerja. Dengan demikian, daya beli masyarakat juga meningkat.
“Dan kita harapkan pertumbuhan ekonomi kita Indonesia kembali pada posisi normal,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Pada tahap pertama, pemberian subsidi gaji dibagikan kepada 2,5 juta pekerja dengan nilai masing-masing Rp600.000 per bulan selama empat bulan. Pemerintah menargetkan, bantuan tunai ini tersalurkan kepada 15,7 juta pada September 2020. (Baca juga: Disebut Hendak Nyapres 2024, Gatot Nurmantyo Bilang Begini)
Sektor konsumsi memang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Maklum, pandemi Covid-19 mengakibatkan terganggunya daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga yang selama ini berkontribusi sekitar 57% dari produk domestik bruto (PDB) nasional turut melemah. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi di kaurat II/2020 minus 5,32%. Adapun khusus sektor konsumsi, mengalami penurunan hingga 5,52%.
Kondisi ini mau tidak mau memaksa pemerintah untuk bergerak cepat agar perekonomian bergairah lagi. Pasalnya, jika di kuartal III PDB nasional mengalami kembali terkontraksi, maka Indonesia dipastikan masuk ke jurang resesi.
tulis komentar anda