Rusia Siapkan Sistem Penghancur Dolar AS, Anggota BRICS Bisa Hemat Rp234 Triliun
Senin, 14 Oktober 2024 - 15:55 WIB
JAKARTA - Rusia mengusulkan perubahan pada pembayaran lintas batas yang dilakukan di antara negara-negara BRICS yang bertujuan untuk menghindari sistem keuangan global, karena negara yang dikenai sanksi berat ini berusaha untuk melindungi ekonominya sendiri.
Alternatif-alternatif tersebut termasuk mengembangkan jaringan bank-bank komersil yang dapat melakukan transaksi-transaksi semacam itu dalam mata uang lokal dan juga membangun hubungan langsung antara bank-bank sentral, menurut sebuah laporan yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan Rusia, Bank of Russia, dan konsultan yang berbasis di Moskow, Yakov & Partners.
"Sistem multicurrency ini perlu memagari para pesertanya dari tekanan eksternal seperti sanksi ekstrateritorial," kata laporan tersebut dilansir dari Bloomberg, Senin (14/10/2024).
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kepentingan AS tidak selalu selaras dengan kepentingan peserta lain dari jaringan keuangan global. Rencana ini juga mencakup pembentukan pusat-pusat perdagangan bersama untuk komoditas seperti minyak, gas alam, biji-bijian, dan emas.
AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022. Mereka membekukan aset luar negeri Rusia dan mengeluarkan pemberi pinjaman utama Rusia dari sistem pesan keuangan SWIFT. Sebagai tanggapan, Rusia berusaha mengurangi ketergantungannya pada dolar.
Namun, negara-negara BRICS lain yang tidak menghadapi komplikasi yang sama dari sanksi terus memprioritaskan akses ke sistem keuangan berbasis dolar. Secara global, 58% pembayaran internasional tidak termasuk, yang berada di kawasan euro, melibatkan dolar. Sementara, dolar digunakan dalam 54% faktur perdagangan luar negeri pada 2022, menurut Brookings Institution.
Laporan ini diterbitkan ketika Putin bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi para pemimpin untuk pertemuan tahunan BRICS, di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober. Kelompok BRICS sekarang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan diperluas pada bulan Januari dengan menyertakan Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir.
Di antara proposal yang diajukan, Rusia menyodorkan penggunaan teknologi buku besar terdistribusi (DLT) atau platform multinasional baru untuk memungkinkan penyelesaian dengan token. Adapun keuntungan utama dari penggunaan model penyelesaian DLT adalah penghapusan risiko kredit yang menyertai pengaturan perbankan konvensional, kata laporan itu.
"DLT juga dapat mengurangi waktu pemrosesan dan biaya karena entitas koresponden dan pemeriksaan kepatuhan tidak akan ada, sehingga dapat menghemat negara-negara BRICS sebanyak USD15 miliar per tahun jika setengah dari semua transfer lintas batas menggunakan transaksi semacam itu," kata para penulis laporan tersebut.
Alternatif-alternatif tersebut termasuk mengembangkan jaringan bank-bank komersil yang dapat melakukan transaksi-transaksi semacam itu dalam mata uang lokal dan juga membangun hubungan langsung antara bank-bank sentral, menurut sebuah laporan yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan Rusia, Bank of Russia, dan konsultan yang berbasis di Moskow, Yakov & Partners.
"Sistem multicurrency ini perlu memagari para pesertanya dari tekanan eksternal seperti sanksi ekstrateritorial," kata laporan tersebut dilansir dari Bloomberg, Senin (14/10/2024).
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kepentingan AS tidak selalu selaras dengan kepentingan peserta lain dari jaringan keuangan global. Rencana ini juga mencakup pembentukan pusat-pusat perdagangan bersama untuk komoditas seperti minyak, gas alam, biji-bijian, dan emas.
AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022. Mereka membekukan aset luar negeri Rusia dan mengeluarkan pemberi pinjaman utama Rusia dari sistem pesan keuangan SWIFT. Sebagai tanggapan, Rusia berusaha mengurangi ketergantungannya pada dolar.
Namun, negara-negara BRICS lain yang tidak menghadapi komplikasi yang sama dari sanksi terus memprioritaskan akses ke sistem keuangan berbasis dolar. Secara global, 58% pembayaran internasional tidak termasuk, yang berada di kawasan euro, melibatkan dolar. Sementara, dolar digunakan dalam 54% faktur perdagangan luar negeri pada 2022, menurut Brookings Institution.
Laporan ini diterbitkan ketika Putin bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi para pemimpin untuk pertemuan tahunan BRICS, di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober. Kelompok BRICS sekarang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan diperluas pada bulan Januari dengan menyertakan Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir.
Baca Juga
Di antara proposal yang diajukan, Rusia menyodorkan penggunaan teknologi buku besar terdistribusi (DLT) atau platform multinasional baru untuk memungkinkan penyelesaian dengan token. Adapun keuntungan utama dari penggunaan model penyelesaian DLT adalah penghapusan risiko kredit yang menyertai pengaturan perbankan konvensional, kata laporan itu.
"DLT juga dapat mengurangi waktu pemrosesan dan biaya karena entitas koresponden dan pemeriksaan kepatuhan tidak akan ada, sehingga dapat menghemat negara-negara BRICS sebanyak USD15 miliar per tahun jika setengah dari semua transfer lintas batas menggunakan transaksi semacam itu," kata para penulis laporan tersebut.
(nng)
tulis komentar anda