Eksplorasi Migas Jadi Jawaban di Tengah Krisis Energi?
Jum'at, 18 Oktober 2024 - 11:46 WIB
1. Kebutuhan Energi yang Semakin Meningkat
Kebutuhan energi terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat. Berdasarkan data, permintaan energi Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2050. Meskipun secara prosentase kontribusi minyak dan gas menurun, namun secara volume justru meningkat. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak akan meningkat sekitar 139% dan gas meningkat sekitar 289% dari kebutuhan saat ini. Meskipun bauran energi mulai bergeser ke energi baru terbarukan (EBT), minyak dan gas tetap mendominasi sebagai sumber energi utama dalam beberapa dekade mendatang. Ini menyebabkan kebutuhan suplai energi dari minyak dan gas masih sangat tinggi dalam nominal.
2. Tantangan Penurunan Produksi Domestik
Produksi migas dalam negeri secara alamiah menurun seiring dengan menurunnya produksi dari lapangan-lapangan migas yang sudah beroperasi selama beberapa dekade (lapangan tua). Seiring dengan dominannya penemuan potensi migas berupa gas, saat ini produksi gas stabil dan trennya sudah meningkat sejak tahun 2023. Untuk produksi minyak tantangan masih ada penurunan, dan upaya menahan decline rate minyak, SKK Migas dan KKKS berupaya dengan meningkatkan pemboran sumur pengembangan maupun menambah produksi melalui proyek-proyek hulu migas. Indonesia yang dulu menjadi salah satu negara eksportir minyak, kini semakin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Adapun untuk gas, saat ini Indonesia produksinya diatas konsumsi domestik, sehingga sisanya diekspor. Tanpa eksplorasi baru, ketergantungan impor minyak dapat terus meningkat serta berpotensi menurunnya produksi gas dimasa yang akan datang.
3. Transisi Energi Menuju Nett Zero Emission
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi baru terbarukan. Namun, proses transisi ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sementara EBT terus berkembang, minyak dan gas bumi tetap menjadi tulang punggung ketahanan energi. Peran gas bumi sebagai agen transisi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan minyak menjadi sangat penting di tengah proses ini.
4. Area Eksplorasi yang Belum Maksimal
Dari 128 cekungan migas di Indonesia, baru 20 yang sudah berproduksi. Kemudian sudah di bor dan ada temuan, tapi belum diproduksi sebanyak 8 cekungan, selanjutnya cekungan yang mengindikasikan ada hidrokarbon sebanyak 19 cekungan dan belum dilakukan pemboran sama sekali sebanyak 68 cekungan. Ini memberikan peluang besar untuk menemukan cadangan migas baru yang dapat meningkatkan produksi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Mengapa Eksplorasi Migas Menjadi Prioritas?
Untuk menjawab tantangan di atas, eksplorasi migas yang masif harus menjadi prioritas. Beberapa alasan mengapa eksplorasi migas sangat penting adalah:
Kebutuhan energi terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat. Berdasarkan data, permintaan energi Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2050. Meskipun secara prosentase kontribusi minyak dan gas menurun, namun secara volume justru meningkat. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak akan meningkat sekitar 139% dan gas meningkat sekitar 289% dari kebutuhan saat ini. Meskipun bauran energi mulai bergeser ke energi baru terbarukan (EBT), minyak dan gas tetap mendominasi sebagai sumber energi utama dalam beberapa dekade mendatang. Ini menyebabkan kebutuhan suplai energi dari minyak dan gas masih sangat tinggi dalam nominal.
2. Tantangan Penurunan Produksi Domestik
Produksi migas dalam negeri secara alamiah menurun seiring dengan menurunnya produksi dari lapangan-lapangan migas yang sudah beroperasi selama beberapa dekade (lapangan tua). Seiring dengan dominannya penemuan potensi migas berupa gas, saat ini produksi gas stabil dan trennya sudah meningkat sejak tahun 2023. Untuk produksi minyak tantangan masih ada penurunan, dan upaya menahan decline rate minyak, SKK Migas dan KKKS berupaya dengan meningkatkan pemboran sumur pengembangan maupun menambah produksi melalui proyek-proyek hulu migas. Indonesia yang dulu menjadi salah satu negara eksportir minyak, kini semakin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Adapun untuk gas, saat ini Indonesia produksinya diatas konsumsi domestik, sehingga sisanya diekspor. Tanpa eksplorasi baru, ketergantungan impor minyak dapat terus meningkat serta berpotensi menurunnya produksi gas dimasa yang akan datang.
3. Transisi Energi Menuju Nett Zero Emission
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi baru terbarukan. Namun, proses transisi ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sementara EBT terus berkembang, minyak dan gas bumi tetap menjadi tulang punggung ketahanan energi. Peran gas bumi sebagai agen transisi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan minyak menjadi sangat penting di tengah proses ini.
4. Area Eksplorasi yang Belum Maksimal
Dari 128 cekungan migas di Indonesia, baru 20 yang sudah berproduksi. Kemudian sudah di bor dan ada temuan, tapi belum diproduksi sebanyak 8 cekungan, selanjutnya cekungan yang mengindikasikan ada hidrokarbon sebanyak 19 cekungan dan belum dilakukan pemboran sama sekali sebanyak 68 cekungan. Ini memberikan peluang besar untuk menemukan cadangan migas baru yang dapat meningkatkan produksi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Mengapa Eksplorasi Migas Menjadi Prioritas?
Untuk menjawab tantangan di atas, eksplorasi migas yang masif harus menjadi prioritas. Beberapa alasan mengapa eksplorasi migas sangat penting adalah:
Lihat Juga :
tulis komentar anda