Rusia Kejar Ganti Rugi Rp15,5 T Lebih dari Raksasa Minyak Inggris
Rabu, 23 Oktober 2024 - 10:49 WIB
MOSKOW - Rusia sedang mengejar ganti rugi sebesar lebih dari USD1,09 miliar atau setara Rp15,5 triliun (Kurs Rp15.554 per USD) dari raksasa energi, Shell menyusul gagalnya usaha patungan. Seperti diketahui Shell keluar dari usaha patungan LNG Sakhalin-2 di Timur Jauh Rusia pada tahun 2022, lalu.
Pengadilan Arbitrase Moskow mengatakan kepada media, bahwa kantor Kejaksaan Agung Rusia mencari ganti rugi USD1,09 miliar usai Shell menjauh dari proyek gas alam cair (LNG) Sakhalin-2 pada tahun 2022 menyusul dimulainya perangUkraina .
Sebelumnya diagendakan pengembangan minyak dan gas utama di Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia termasuk pembangunan pabrik LNG pertama di negara itu. Awal bulan ini, Jaksa Agung Rusia mengajukan, gugatan yang menargetkan delapan anak perusahaan dari Shell, menurut situs web pengadilan.
Anak perusahaan tersebut yakni Shell plc, Shell Energy Europe Limited, Shell Global Solutions International B.V., Shell International Exploration & Production B.V., Shell Neftegaz Development, Shell Exploration & Production Services B.V., Shell Sakhalin Services B.V., dan Shell Sakhalin Holdings В.V.
"Mereka mencari (ganti rugi) lebih dari 1 miliar euro," kata layanan pers pengadilan kepada RIA Novosti ketika ditanya tentang kasus tersebut.
Gazprom Export, Kementerian Energi Rusia, pemerintah Wilayah Sakhalin, serta perusahaan Sakhalin Energy Investment dan Sakhalin Energy disebut sebagai pihak ketiga, kata pengadilan.
Pada tahun 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mengalihkan properti Sakhalin Energy, mantan operator Sakhalin-2, ke operator baru yang berbasis di Rusia, yaitu Sakhalin Energy LLC. Pemerintah mengizinkan pemilik asing, termasuk perusahaan Jepang Mitsui dan Mitsubishi, untuk mengambil saham di operator baru yang sebanding dengan kepemilikan mereka sebelumnya.
Kedua perusahaan Jepang memutuskan untuk mempertahankan saham mereka dalam proyek LNG dan setuju mentransfer kepemilikan masing-masing 12,5% dan 10% ke operator baru. Tetapi Shell yang memiliki 27,5% dikurangi satu saham di Sakhalin Energy, memberikan pemberitahuan bahwa mereka tidak akan mengambil saham di entitas baru, mendorong Moskow untuk menjual sahamnya.
Pengadilan Arbitrase Moskow mengatakan kepada media, bahwa kantor Kejaksaan Agung Rusia mencari ganti rugi USD1,09 miliar usai Shell menjauh dari proyek gas alam cair (LNG) Sakhalin-2 pada tahun 2022 menyusul dimulainya perangUkraina .
Sebelumnya diagendakan pengembangan minyak dan gas utama di Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia termasuk pembangunan pabrik LNG pertama di negara itu. Awal bulan ini, Jaksa Agung Rusia mengajukan, gugatan yang menargetkan delapan anak perusahaan dari Shell, menurut situs web pengadilan.
Anak perusahaan tersebut yakni Shell plc, Shell Energy Europe Limited, Shell Global Solutions International B.V., Shell International Exploration & Production B.V., Shell Neftegaz Development, Shell Exploration & Production Services B.V., Shell Sakhalin Services B.V., dan Shell Sakhalin Holdings В.V.
"Mereka mencari (ganti rugi) lebih dari 1 miliar euro," kata layanan pers pengadilan kepada RIA Novosti ketika ditanya tentang kasus tersebut.
Gazprom Export, Kementerian Energi Rusia, pemerintah Wilayah Sakhalin, serta perusahaan Sakhalin Energy Investment dan Sakhalin Energy disebut sebagai pihak ketiga, kata pengadilan.
Pada tahun 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mengalihkan properti Sakhalin Energy, mantan operator Sakhalin-2, ke operator baru yang berbasis di Rusia, yaitu Sakhalin Energy LLC. Pemerintah mengizinkan pemilik asing, termasuk perusahaan Jepang Mitsui dan Mitsubishi, untuk mengambil saham di operator baru yang sebanding dengan kepemilikan mereka sebelumnya.
Kedua perusahaan Jepang memutuskan untuk mempertahankan saham mereka dalam proyek LNG dan setuju mentransfer kepemilikan masing-masing 12,5% dan 10% ke operator baru. Tetapi Shell yang memiliki 27,5% dikurangi satu saham di Sakhalin Energy, memberikan pemberitahuan bahwa mereka tidak akan mengambil saham di entitas baru, mendorong Moskow untuk menjual sahamnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda