IHSG Hari Ini Berpotensi Mixed Cenderung Terkoreksi
Kamis, 24 Oktober 2024 - 07:56 WIB
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) hari ini diperkirakan memiliki kecenderungan mixed sepanjang perdagangan dan berpotensi mengalami koreksi. Pergerakan indeks hari ini diperkirakan berada di kisaran 7.740-7.810.
Pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project William Hartanto mengatakan, penguatan semakin terbatas, dan ada potensi IHSG untuk koreksi sehat.
"Namun tekanan koreksi ini kemungkinan hanya dirasakan oleh mereka yang membeli saham-saham big caps saja. Khusus pemegang saham-saham 2nd liner mungkin lain cerita," tulis William dalam analisisnya, Kamis (24/10/2024).
Menurut William, efek window dressing bulan Oktober ini masih terasa, dimana ciri khasnya adalah penguatan hanya pada saham-saham 2nd dan 3rd liner. "Tekanan terberat terjadi pada saham-saham big caps dan 1st liner yang kemudian berlanjut di bulan November (siklus tahunan) sebelum rebound kembali di akhir tahun," ujarnya.
"Untuk peluang, secara sederhananya, kesempatan meraup profit sebanyak mungkin di saham-saham 2nd liner sampai tiba momentum jenuhnya, baru nanti profit taking dan mulai cicil beli pada saham-saham 1st liner, strategi ini bisa dilakukan hingga awal pekan November nanti," katanya.
Sebelumnya, terjadi net sell asing sebesar 444 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp14,81 triliun. Asing melakukan net sell dan bersamaan dengan pelemahan IHSG, sehingga membuka peluang untuk koreksi.
Secara teknikal, lanjut dia, berhasil mengkonfirmasi pembentukan pola bullish flag, dan sudah sempat menyentuh lebel 7.800, namun IHSG membentuk resistance pada 7.800 sebagai level psikologis. "Kondisi ini membuat penguatan IHSG menjadi tertahan dan berpotensi mengalami koreksi. Selain itu, IHSG masih memiliki supply zone pada area 7.829-7.910," ujarnya.
Pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project William Hartanto mengatakan, penguatan semakin terbatas, dan ada potensi IHSG untuk koreksi sehat.
"Namun tekanan koreksi ini kemungkinan hanya dirasakan oleh mereka yang membeli saham-saham big caps saja. Khusus pemegang saham-saham 2nd liner mungkin lain cerita," tulis William dalam analisisnya, Kamis (24/10/2024).
Menurut William, efek window dressing bulan Oktober ini masih terasa, dimana ciri khasnya adalah penguatan hanya pada saham-saham 2nd dan 3rd liner. "Tekanan terberat terjadi pada saham-saham big caps dan 1st liner yang kemudian berlanjut di bulan November (siklus tahunan) sebelum rebound kembali di akhir tahun," ujarnya.
"Untuk peluang, secara sederhananya, kesempatan meraup profit sebanyak mungkin di saham-saham 2nd liner sampai tiba momentum jenuhnya, baru nanti profit taking dan mulai cicil beli pada saham-saham 1st liner, strategi ini bisa dilakukan hingga awal pekan November nanti," katanya.
Sebelumnya, terjadi net sell asing sebesar 444 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp14,81 triliun. Asing melakukan net sell dan bersamaan dengan pelemahan IHSG, sehingga membuka peluang untuk koreksi.
Secara teknikal, lanjut dia, berhasil mengkonfirmasi pembentukan pola bullish flag, dan sudah sempat menyentuh lebel 7.800, namun IHSG membentuk resistance pada 7.800 sebagai level psikologis. "Kondisi ini membuat penguatan IHSG menjadi tertahan dan berpotensi mengalami koreksi. Selain itu, IHSG masih memiliki supply zone pada area 7.829-7.910," ujarnya.
tulis komentar anda