Waduh, Deflasi 2 Bulan Beruntun Jadi Sinyal Resesi Sudah Masuk

Selasa, 01 September 2020 - 12:24 WIB
Deflasi dua bulan beruntun menurut ekonom, menandakan bahwa sisi permintaan alami tekanan menunjukkan adanya pelemahan dari sisi permintaan serta daya beli sedang menurun di kelas bawah. Foto/Dok
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mencatat deflasi sebesar 0,05% pada bulan Agustus 2020. Deflasi dua bulan beruntun menurut ekonom, menandakan bahwa sisi permintaan alami tekanan sehingga produsen tidak berani menaikkan harga jual barangnya.

"Ini terjadi khususnya pada volatile food atau harga pangan yang bergejolak dimana deflasi Agustus pada komponen ini mencapai -1.44%," jelas Ekonom Indef Bhima Yudhistira saat dihubungi di Jakarta, Selasa (1/9/2020).

(Baca Juga: Deflasi Kembali Terjadi di Agustus 2020, BPS Catat Sebesar 0,05% )



Tekanan pendapatan akibat terganggunya aktivitas ekonomi dan PHK massal di berbagai sektor menjadi indikasi pelemahan ekonomi terus berlanjut meskipun ada new normal. Menurut Bhima, kalau dibiarkan deflasi berlanjut maka ekonomi dipastikan masuk ke dalam resesi yang lebih dalam dibanding kuartal ke II.

Dengan data deflasi yang berlanjut dalam dua bulan berturut turut yakni Juli dan Agustus, ini menunjukkan adanya pelemahan dari sisi permintaan serta daya beli sedang menurun di kelas bawah karena kehilangan pendapatan. Sementara kelas menengah atas tidak pede untuk belanja karena pandemi masih jadi ancaman.

"Ini saja sudah jadi indikasi kita akan mengalami resesi pada kuartal ke III," cetusnya.

(Baca Juga: Jokowi Mulai Wanti-wanti Gubernur se-Indonesia, Kuartal III Bisa Resesi )

Lagipula untuk pulih dari pertumbuhan minus 5,3% dalam waktu satu kuartal tentu butuh keajaiban. "Ekonomi di kuartal ke III diperkirakan masih akan berada di bawah 0%. Kita akan sabar menunggu rilis BPS pada 5 November mendatang," kata Bhima.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More