Deflasi Cerminan Konsumsi Masyarakat Belum Beranjak Naik
Selasa, 01 September 2020 - 23:53 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%, setelah pada bulan Juli tercatat deflasi sebesar 0,01%.
Sementara itu, secara tahunan, inflasi mengalami perlambatan menjadi sebesar 1,32% yoy, lebih rendah dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 1,54% yoy.
Pada bulan Agustus, inflasi inti cenderung mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu, dengan membukukan inflasi bulanan sebesar 0,29% mom, lebih tinggi dibanding inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 0,16% mom. (Baca: Waduh, Deflasi 2 Bulan Beruntun Jadi Sinyal Resesi Sudah Masuk )
Sementara itu, inflasi tahunan masih mengalami perlambatan ke level 2,03% yoy. Inflasi inti ditopang oleh dua barang/jasa, yaitu pendidikan dan emas.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, secara umum inflasi inti pada bulan Agustus mengurangi tekanan deflasi dari perekonomian.
Inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji kurang dari Rp5juta serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil. (Baca juga: 3 Juta Pekerja Menanti Transferan BLT Tahap II, Menaker: Pastikan Rekening Masih Aktif )
"Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahan kuartal III tahun 2020 ini," ujarnya, Selasa (1/9/2020).
Namun demikian, lanjutnya, dengan peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini. (Baca juga: Awas!, Dunia Usaha Bisa Kolaps Jika Penyerapan Anggaran PEN seperti Keong )
Josua menjelaskan, deflasi pada bulan Agustus disebabkan oleh kelompok harga barang bergejolak yang mengalami deflasi sebesar 1,44% dibanding bulan sebelumnya.
Secara spesifik deflasi didorong oleh tiga komoditas, yaitu daging ayam ras (0,09%), bawang merah (0,07%), dan tomat(0,02%). "Dari sisi bawang merah, musim panen disertai dengan permintaan yang belum meningkat drastis mendorong adanya oversupply pada komoditas ini, sehingga harganya cenderung mengalami penurunan," jelasnya.
Sementara itu, untuk komoditas daging ayam, pembatasan aktivitas ekonomi mendorong menurunnya permintaan akan daging ayam di UMKM-UMKM makanan, yang kemudian mendorong penurunan harga daging ayam.
Sementara itu, secara tahunan, inflasi mengalami perlambatan menjadi sebesar 1,32% yoy, lebih rendah dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 1,54% yoy.
Pada bulan Agustus, inflasi inti cenderung mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu, dengan membukukan inflasi bulanan sebesar 0,29% mom, lebih tinggi dibanding inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 0,16% mom. (Baca: Waduh, Deflasi 2 Bulan Beruntun Jadi Sinyal Resesi Sudah Masuk )
Sementara itu, inflasi tahunan masih mengalami perlambatan ke level 2,03% yoy. Inflasi inti ditopang oleh dua barang/jasa, yaitu pendidikan dan emas.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, secara umum inflasi inti pada bulan Agustus mengurangi tekanan deflasi dari perekonomian.
Inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji kurang dari Rp5juta serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil. (Baca juga: 3 Juta Pekerja Menanti Transferan BLT Tahap II, Menaker: Pastikan Rekening Masih Aktif )
"Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahan kuartal III tahun 2020 ini," ujarnya, Selasa (1/9/2020).
Namun demikian, lanjutnya, dengan peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini. (Baca juga: Awas!, Dunia Usaha Bisa Kolaps Jika Penyerapan Anggaran PEN seperti Keong )
Josua menjelaskan, deflasi pada bulan Agustus disebabkan oleh kelompok harga barang bergejolak yang mengalami deflasi sebesar 1,44% dibanding bulan sebelumnya.
Secara spesifik deflasi didorong oleh tiga komoditas, yaitu daging ayam ras (0,09%), bawang merah (0,07%), dan tomat(0,02%). "Dari sisi bawang merah, musim panen disertai dengan permintaan yang belum meningkat drastis mendorong adanya oversupply pada komoditas ini, sehingga harganya cenderung mengalami penurunan," jelasnya.
Sementara itu, untuk komoditas daging ayam, pembatasan aktivitas ekonomi mendorong menurunnya permintaan akan daging ayam di UMKM-UMKM makanan, yang kemudian mendorong penurunan harga daging ayam.
(ind)
tulis komentar anda