Prediksi IMF: Ekonomi Global Remang-remang di 2025
Senin, 13 Januari 2025 - 14:36 WIB
JAKARTA - Dana Moneter Internasional ( IMF ) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global stabil serta berlanjutnya disinflasi ketika merilis pembaruan World Economic Outlook pada 17 Januari 2025. Hal tersebut diungkapkan Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva.
Georgieva menyatakan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja yang sedikit lebih baik dari perkiraan meskipun ada ketidakpastian tinggi seputar kebijakan perdagangan pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump. Ketidakpastian ini turut menambah hambatan bagi ekonomi global serta mendorong kenaikan suku bunga jangka panjang.
"Dengan inflasi yang mendekati target Federal Reserve AS dan data pasar tenaga kerja yang stabil, the Fed dapat menunggu lebih banyak data sebelum mengambil keputusan lebih lanjut terkait penurunan suku bunga," ujar dia dikutip dari Reuters, Senin (13/1/2025).
Secara keseluruhan, ia memproyeksikan bahwa suku bunga global akan tetap agak lebih tinggi untuk beberapa waktu ke depan. IMF dijadwalkan merilis update pandangan ekonomi globalnya pada 17 Januari, beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS. Komentar Georgieva tersebut merupakan indikasi pertama tahun ini mengenai pandangan IMF terkait perekonomian global, meskipun ia tidak memberikan proyeksi yang rinci.
Pada Oktober 2024, IMF sempat menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk AS, Brasil, dan Inggris. Namun, proyeksi untuk Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok), Jepang, dan zona euro justru dipangkas. Penyebabnya adalah risiko dari potensi perang dagang baru, konflik bersenjata, dan kebijakan moneter yang ketat.
Saat itu, IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan global 2024 sebesar 3,2% dan menurunkan proyeksi untuk tahun 2025 menjadi 3,1%, jauh di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pandemi. Georgieva juga memperingatkan bahwa pertumbuhan jangka menengah global akan mengalami penurunan dalam lima tahun ke depan.
"Tidak mengherankan, mengingat besarnya pengaruh ekonomi AS, banyak perhatian global tertuju pada arah kebijakan pemerintahan yang akan datang, terutama terkait tarif, pajak, deregulasi, dan efisiensi pemerintahan," kata Georgieva.
Georgieva menambahkan bahwa ketidakpastian yang tinggi terkait kebijakan perdagangan AS dapat memperburuk hambatan ekonomi global, khususnya bagi negara-negara yang terintegrasi dalam rantai pasokan global, seperti negara-negara di Asia dan ekonomi menengah.
Georgieva menyatakan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja yang sedikit lebih baik dari perkiraan meskipun ada ketidakpastian tinggi seputar kebijakan perdagangan pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump. Ketidakpastian ini turut menambah hambatan bagi ekonomi global serta mendorong kenaikan suku bunga jangka panjang.
"Dengan inflasi yang mendekati target Federal Reserve AS dan data pasar tenaga kerja yang stabil, the Fed dapat menunggu lebih banyak data sebelum mengambil keputusan lebih lanjut terkait penurunan suku bunga," ujar dia dikutip dari Reuters, Senin (13/1/2025).
Secara keseluruhan, ia memproyeksikan bahwa suku bunga global akan tetap agak lebih tinggi untuk beberapa waktu ke depan. IMF dijadwalkan merilis update pandangan ekonomi globalnya pada 17 Januari, beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS. Komentar Georgieva tersebut merupakan indikasi pertama tahun ini mengenai pandangan IMF terkait perekonomian global, meskipun ia tidak memberikan proyeksi yang rinci.
Pada Oktober 2024, IMF sempat menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk AS, Brasil, dan Inggris. Namun, proyeksi untuk Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok), Jepang, dan zona euro justru dipangkas. Penyebabnya adalah risiko dari potensi perang dagang baru, konflik bersenjata, dan kebijakan moneter yang ketat.
Saat itu, IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan global 2024 sebesar 3,2% dan menurunkan proyeksi untuk tahun 2025 menjadi 3,1%, jauh di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pandemi. Georgieva juga memperingatkan bahwa pertumbuhan jangka menengah global akan mengalami penurunan dalam lima tahun ke depan.
"Tidak mengherankan, mengingat besarnya pengaruh ekonomi AS, banyak perhatian global tertuju pada arah kebijakan pemerintahan yang akan datang, terutama terkait tarif, pajak, deregulasi, dan efisiensi pemerintahan," kata Georgieva.
Georgieva menambahkan bahwa ketidakpastian yang tinggi terkait kebijakan perdagangan AS dapat memperburuk hambatan ekonomi global, khususnya bagi negara-negara yang terintegrasi dalam rantai pasokan global, seperti negara-negara di Asia dan ekonomi menengah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda