Jadi Pemasok Impor Terbesar, RI Nggak Bisa Lepas dari China
Selasa, 15 September 2020 - 13:42 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan ada tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Agustus 2020 adalah China senilai USD24,72 miliar (29,90%), Jepang USD7,31 miliar (8,84%), dan Singapura USD5,41 miliar (6,55%).
Sedangkan, impor nonmigas dari ASEAN senilai USD15,61 miliar (18,89%) dan Uni Eropa senilai 6,61 miliar dolar AS (7,99%). "Impor pada Agustus ini secara year on year turun 24,19 persen yang dipengaruhi penurunan migas dan nonmigas," kata kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/9/2020).
Kecuk menjelaskan impor nonmigas Agustus 2020 mencapai USD9,79 miliar angka ini naik 3,01% dibandingkan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 21,91%. "Begitu juga dengan impor migas Agustus 2020 senilai USD0,95 miliar atau turun 0,88% dibandingkan Juli 2020. Demikian pula jika dibandingkan Agustus 2019 turun 41,75%," katanya.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Agustus 2020 dibandingkan Juli 2020 adalah golongan besi dan baja senilai USD89,2 juta dolar (23,31%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal, perahu, dan struktur terapung senilai USD60,8 juta (40,96%).
Sedangkan, impor nonmigas dari ASEAN senilai USD15,61 miliar (18,89%) dan Uni Eropa senilai 6,61 miliar dolar AS (7,99%). "Impor pada Agustus ini secara year on year turun 24,19 persen yang dipengaruhi penurunan migas dan nonmigas," kata kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/9/2020).
Kecuk menjelaskan impor nonmigas Agustus 2020 mencapai USD9,79 miliar angka ini naik 3,01% dibandingkan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 21,91%. "Begitu juga dengan impor migas Agustus 2020 senilai USD0,95 miliar atau turun 0,88% dibandingkan Juli 2020. Demikian pula jika dibandingkan Agustus 2019 turun 41,75%," katanya.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Agustus 2020 dibandingkan Juli 2020 adalah golongan besi dan baja senilai USD89,2 juta dolar (23,31%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal, perahu, dan struktur terapung senilai USD60,8 juta (40,96%).
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda