Bravo, Uji Coba Listrik dari Sampah Kembali Berhasil
Minggu, 04 Oktober 2020 - 16:20 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan uji coba program co-firing kembali dilakukan di PLTU Ropa Flores dan di PLTU Bolok Kupang. Co-firing merupakan pemanfaatan bahan bakar dari biomassa dan sampah untuk pembangkit listrik melalui substitusi bahan bakar batubara. Uji coba dilakukan untuk mendukung peningkatan penggunaan energi baru terbarukan dalam penyediaan listrik.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, uji coba co-firing telah dilakukan di berbagai PLTU di Indonesia dengan substitusi biomassa sebesar 1% hingga 10%.
"Kabar baik kembali datang kali ini dari PLTU Ropa, telah berhasil melakukan uji coba 10% biomassa yang diperoleh dari TOSS (tempat olahan sampah setempat). Sementara untuk PLTU Bolok, co-firing menggunakan 5% biomassa yang berasal dari woodchips (cacahan kayu)," ungkap Agung di Jakarta, Minggu (4/10/2020). ( Baca juga:RUU Cipta Kerja Selesai Dibahas, Airlangga Ucapkan Terima Kasih ke DPR )
Agung mengungkapkan, metode co-firing ini tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 yang menyebutkan bahwa roadmap konservasi energi untuk kegiatan penyediaan energi salah satunya mencakup program peningkatan efisiensi energi pada pemakaian sendiri dan co-firing.
"Co-firing menjadi salah satu rencana pemerintah mengoptimalkan energi terbarukan dalam mendorong target bauran EBT sebesar 23% pada 2025," tandas Agung.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, Agung Murdifi, menjelaskan bahwa program co-firing merupakan bagian dari semangat pilar "green" dalam transformasi PLN. Co-firing merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan energi terbarukan pada rasio tertentu yang tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi teknis.
"Kami terus mendorong penggunaan EBT, demi menyediakan listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tutur Agung.
Bahan baku biomassa ini dapat berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode (biodrying). Proses selanjutnya bahan baku diolah menjadi pelet seperti yang digunakan di PLTU Ropa atau menjadi woodchips seperti yang digunakan di PLTU Bolok. ( Baca juga:Jokowi Tak Terima Pemerintah Dianggap Mencla-Mencle )
Uji coba co-firing untuk PLTU Ropa telah dilakukan pada 14-15 September 2020 dan PLTU Bolok pada 28-30 September 2020 dengan hasil proses pembakaran sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batubara yang digunakan di PLTU tersebut. Keberhasilan uji coba co-firing di PLTU Ropa, terlihat dari parameter menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100% batubara dengan pencampuran biomasa.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, uji coba co-firing telah dilakukan di berbagai PLTU di Indonesia dengan substitusi biomassa sebesar 1% hingga 10%.
"Kabar baik kembali datang kali ini dari PLTU Ropa, telah berhasil melakukan uji coba 10% biomassa yang diperoleh dari TOSS (tempat olahan sampah setempat). Sementara untuk PLTU Bolok, co-firing menggunakan 5% biomassa yang berasal dari woodchips (cacahan kayu)," ungkap Agung di Jakarta, Minggu (4/10/2020). ( Baca juga:RUU Cipta Kerja Selesai Dibahas, Airlangga Ucapkan Terima Kasih ke DPR )
Agung mengungkapkan, metode co-firing ini tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 yang menyebutkan bahwa roadmap konservasi energi untuk kegiatan penyediaan energi salah satunya mencakup program peningkatan efisiensi energi pada pemakaian sendiri dan co-firing.
"Co-firing menjadi salah satu rencana pemerintah mengoptimalkan energi terbarukan dalam mendorong target bauran EBT sebesar 23% pada 2025," tandas Agung.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, Agung Murdifi, menjelaskan bahwa program co-firing merupakan bagian dari semangat pilar "green" dalam transformasi PLN. Co-firing merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan energi terbarukan pada rasio tertentu yang tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi teknis.
"Kami terus mendorong penggunaan EBT, demi menyediakan listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tutur Agung.
Bahan baku biomassa ini dapat berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode (biodrying). Proses selanjutnya bahan baku diolah menjadi pelet seperti yang digunakan di PLTU Ropa atau menjadi woodchips seperti yang digunakan di PLTU Bolok. ( Baca juga:Jokowi Tak Terima Pemerintah Dianggap Mencla-Mencle )
Uji coba co-firing untuk PLTU Ropa telah dilakukan pada 14-15 September 2020 dan PLTU Bolok pada 28-30 September 2020 dengan hasil proses pembakaran sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batubara yang digunakan di PLTU tersebut. Keberhasilan uji coba co-firing di PLTU Ropa, terlihat dari parameter menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100% batubara dengan pencampuran biomasa.
(uka)
tulis komentar anda