Bulan Inklusi Keuangan, OJK Optimalkan Penyaluran Kredit UKM
Kamis, 15 Oktober 2020 - 21:04 WIB
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) siap mengoptimalkan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) sepanjang Oktober 2020 dengan menyalurkan kredit kecil dan mikro mencapai Rp4,3 Triliun. Target tersebut demi mendorong kebijakan pemerintah yaitu pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tengah pandemi covid19.
Target penyaluran tersebut telah dinaikkan dari awalnya hanya Rp2,8 triliun. Data OJK menunjukkan sejak awal Oktober hingga 12 Oktober 2020 tercatat ada penyaluran kredit Rp30,6 Miliar dari perbankan. Sedangkan dari fintech telah berhasil menyalurkan Rp38 Miliar.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan bulan inklusi keuangan (BIK) pada Oktober 2020 ini dijadikan momen mendorong pertumbuhan kredit kecil dan mikro. Strategi yang dilakukan OJK dengan menggiatkan business matching bagi usaha unbankable kepada lembaga pembiayaan termasuk fintech lending. Selain itu ada program Kredit Pembiayaan Melawan Rentenir (KPMR) yang sudah berjalan. KPMR ini akan disinergikan dengan program Yim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).
"Waktu pembukaan BIK ini saya pastikan ada 19 TPAKD yang sudah menjalankan KPMR. Harapannya usaha kecil dan mikro dapat bergerak di daerah. Karena untuk segmen menengah besar sudah ada stimulusnya," ujar Tirta dalam webinar Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2020 dengan Tema "Satukan Aksi Keuangan Inklusif untuk Indonesia Maju (AKSESSKU)" di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Dia mengatakan bisnis rentenir laku di masyarakat karena kecepatan pemberian kredit atau pinjaman yang masih sulit disaingi oleh lembaga keuangan yang resmi. Namun OJK sudah memiliki desain program yang disiapkan sekarang ini. Fokusnya pada kecepatan yang mampu menyaingi rentenir dan bunganya rendah."Kenapa rentenir itu laku, karena cepat prosesnya meski mahal. Makanya didorong sinergi antara Pemda, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dengan lembaga lain," katanya
Tirta melanjutkan, pada pembukaan BIK tanggal 5 Oktober 2020 lalu, OJK telah melakukan beberapa kegiatan. Misalnya, peluncuran program 1 rekening 1 pelajar, yang menjadi implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung.
Hal ini dilakukan untuk membiasakan budaya menabung sejak dini. Selama BIK, OJK menargetkan pembukaan rekening tabungan sebanyak 500 ribu di seluruh Indonesia. Selain itu, pihaknya juga meluncurkan 4 buku seri literasi keuangan tingkat PAUD dan melakukan rebranding Keluarga Sikapi."Kita targetkan 1 bulan ini melalui pembukaan rekening kolektif, melalui sekolah ada yang tatap muka juga, lalu melalui perjanjian kerjasama antara perbankan dengan dinas pendidikan," jelas Tirta.
Berdasarkan arahan dari Presiden RI, Joko Widodo pada Rapat Terbatas (Ratas) 28 Januari yang lalu, inklusi keuangan ditargetkanmencapai 90% pada 2024. Sementara, hasil survei secara nasional yang dilakukan OJK pada akhir 2019 mencatat, hasil indeks inklusi keuangan baru mencapai 76,2%."Naik jauh dibanding 3 tahun yang lalu yaitu 69%. Tingkat literasi keuangan baru 38%, mewakili 34 provinsi di RI dengan responden sebanyak 12.700 orang," katanya.
Target penyaluran tersebut telah dinaikkan dari awalnya hanya Rp2,8 triliun. Data OJK menunjukkan sejak awal Oktober hingga 12 Oktober 2020 tercatat ada penyaluran kredit Rp30,6 Miliar dari perbankan. Sedangkan dari fintech telah berhasil menyalurkan Rp38 Miliar.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan bulan inklusi keuangan (BIK) pada Oktober 2020 ini dijadikan momen mendorong pertumbuhan kredit kecil dan mikro. Strategi yang dilakukan OJK dengan menggiatkan business matching bagi usaha unbankable kepada lembaga pembiayaan termasuk fintech lending. Selain itu ada program Kredit Pembiayaan Melawan Rentenir (KPMR) yang sudah berjalan. KPMR ini akan disinergikan dengan program Yim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).
"Waktu pembukaan BIK ini saya pastikan ada 19 TPAKD yang sudah menjalankan KPMR. Harapannya usaha kecil dan mikro dapat bergerak di daerah. Karena untuk segmen menengah besar sudah ada stimulusnya," ujar Tirta dalam webinar Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2020 dengan Tema "Satukan Aksi Keuangan Inklusif untuk Indonesia Maju (AKSESSKU)" di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Dia mengatakan bisnis rentenir laku di masyarakat karena kecepatan pemberian kredit atau pinjaman yang masih sulit disaingi oleh lembaga keuangan yang resmi. Namun OJK sudah memiliki desain program yang disiapkan sekarang ini. Fokusnya pada kecepatan yang mampu menyaingi rentenir dan bunganya rendah."Kenapa rentenir itu laku, karena cepat prosesnya meski mahal. Makanya didorong sinergi antara Pemda, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dengan lembaga lain," katanya
Tirta melanjutkan, pada pembukaan BIK tanggal 5 Oktober 2020 lalu, OJK telah melakukan beberapa kegiatan. Misalnya, peluncuran program 1 rekening 1 pelajar, yang menjadi implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung.
Hal ini dilakukan untuk membiasakan budaya menabung sejak dini. Selama BIK, OJK menargetkan pembukaan rekening tabungan sebanyak 500 ribu di seluruh Indonesia. Selain itu, pihaknya juga meluncurkan 4 buku seri literasi keuangan tingkat PAUD dan melakukan rebranding Keluarga Sikapi."Kita targetkan 1 bulan ini melalui pembukaan rekening kolektif, melalui sekolah ada yang tatap muka juga, lalu melalui perjanjian kerjasama antara perbankan dengan dinas pendidikan," jelas Tirta.
Berdasarkan arahan dari Presiden RI, Joko Widodo pada Rapat Terbatas (Ratas) 28 Januari yang lalu, inklusi keuangan ditargetkanmencapai 90% pada 2024. Sementara, hasil survei secara nasional yang dilakukan OJK pada akhir 2019 mencatat, hasil indeks inklusi keuangan baru mencapai 76,2%."Naik jauh dibanding 3 tahun yang lalu yaitu 69%. Tingkat literasi keuangan baru 38%, mewakili 34 provinsi di RI dengan responden sebanyak 12.700 orang," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda