Tol Laut Masuk Tahun Kelima, Apa Saja Perkembangannya?
Senin, 26 Oktober 2020 - 22:43 WIB
JAKARTA - Tahun kelima program tol laut terus dimaksimalkan dengan menyiapkan sejumlah instrumen tambahan. Instrumen tersebut di antaranya pengadaan kapal baru, penetapan trayek rute dari beberapa pelabuhan pangkal ke berbagai kota dan pulau di wilayah tertinggal, terpencil dan terluar dan perbatasan (3TP) dan kawasan timur indonesia (KTI). ( Baca juga:Bedah Pekerjaan Rumah Program Tol Laut, Pak Menhub Tolong Pikirkan Muatan Balik )
“Beberapa instrumen kebijakan dalam pelaksanaan program tol laut telah dilaksanakan dan disiapkan oleh Kementerian Perhubungan meliputi pengadaan kapal baru, penetapan trayek rute dari beberapa pelabuhan ke pulau di wilayah 3TP dan wilayah Indonesia bagian timur, penambahan sarana bongkar muat pelabuhan seperti forklift, reach stacker, dan rigid truck container, minicon di pelabuhan wilayah 3TP,” ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Menhub Budi Karya menjelaskan, sejak diluncurkan pada tahun 2015, program tol laut terus mengalami peningkatan dan perkembangan, baik dari segi infrastruktur, trayek, armada, jumlah muatan, maupun kapasitas.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, terus bersinergi dan bekerja sama dengan seluruh stakeholder, baik dari pemerintah daerah maupun kementerian/lembaga serta operator agar implementasi program tol laut dapat mencapai hasil dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat Indonesia.
“Seperti kita ketahui jumlah trayek tol laut meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari hanya tiga trayek pada 2015 kemudian enam trayek rute (2016) yang seluruhnya merupakan penugasan berkembang menjadi 26 trayek pada tahun 2020 dan 100 pelabuhan singgah,” tutur Menhub Budi Karya.
Selain menambah instrumen, inovasi juga dilakukan lewat digitalisasi sekaligus menetapkan pelabuhan tol laut sebagai pilot project dengan pengaturan pola jaringan pelabuhan hub and spoke yang bersumber dan melihat beberapa daerah sebagai pelabuhan utama (hub) dan daerah sebagai pelabuhan pengumpan (spoke).
Tol Laut pada tahun 2020 didorong untuk melibatkan sinergi antar kementerian/lembaga untuk mengefisiensi biaya pengiriman barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) dan muatan balik hasil industri daerah yang tidak dapat optimal jika hanya menjadi beban pelayaran dan pelabuhan.
“Tol Laut harus terus hadir dengan perfoma baru dengan sistem manajemen logistik dan digitalisasi yang terus berinovasi untuk memberi kemudahan bagi regulator maupun pelaku usaha, seperti dalam aplikasi layanan Sistem Informasi Tol Laut atau SITOLAUT merupakan Logistic Communication System (LCS) Versi 02 Berbasis Mobile Apps, Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK) , Delivery on Line, Inaportnet, Simlala dan layanan lainnya,” pungkas Menhub Budi Karya. ( Baca juga:Disebut Ancaman Nomor Wahid oleh Biden, Ini Kata Rusia )
Hingga saat ini, negara telah hadir dan sudah membangun lebih dari 50 pelabuhan, 293 unit kapal yang terdiri dari 116 unit kapal perintis, 14 unit kapal kontainer, 6 unit kapal ternak dan 18 unit kapal rede dengan 2 unit digunakan sebagai kapal rumah sakit yang telah dioperasikan dan 138 kapal pelayaran rakyat telah dihibahkan kepada pemerintah daerah.
“Beberapa instrumen kebijakan dalam pelaksanaan program tol laut telah dilaksanakan dan disiapkan oleh Kementerian Perhubungan meliputi pengadaan kapal baru, penetapan trayek rute dari beberapa pelabuhan ke pulau di wilayah 3TP dan wilayah Indonesia bagian timur, penambahan sarana bongkar muat pelabuhan seperti forklift, reach stacker, dan rigid truck container, minicon di pelabuhan wilayah 3TP,” ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Menhub Budi Karya menjelaskan, sejak diluncurkan pada tahun 2015, program tol laut terus mengalami peningkatan dan perkembangan, baik dari segi infrastruktur, trayek, armada, jumlah muatan, maupun kapasitas.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, terus bersinergi dan bekerja sama dengan seluruh stakeholder, baik dari pemerintah daerah maupun kementerian/lembaga serta operator agar implementasi program tol laut dapat mencapai hasil dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat Indonesia.
“Seperti kita ketahui jumlah trayek tol laut meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari hanya tiga trayek pada 2015 kemudian enam trayek rute (2016) yang seluruhnya merupakan penugasan berkembang menjadi 26 trayek pada tahun 2020 dan 100 pelabuhan singgah,” tutur Menhub Budi Karya.
Selain menambah instrumen, inovasi juga dilakukan lewat digitalisasi sekaligus menetapkan pelabuhan tol laut sebagai pilot project dengan pengaturan pola jaringan pelabuhan hub and spoke yang bersumber dan melihat beberapa daerah sebagai pelabuhan utama (hub) dan daerah sebagai pelabuhan pengumpan (spoke).
Tol Laut pada tahun 2020 didorong untuk melibatkan sinergi antar kementerian/lembaga untuk mengefisiensi biaya pengiriman barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) dan muatan balik hasil industri daerah yang tidak dapat optimal jika hanya menjadi beban pelayaran dan pelabuhan.
“Tol Laut harus terus hadir dengan perfoma baru dengan sistem manajemen logistik dan digitalisasi yang terus berinovasi untuk memberi kemudahan bagi regulator maupun pelaku usaha, seperti dalam aplikasi layanan Sistem Informasi Tol Laut atau SITOLAUT merupakan Logistic Communication System (LCS) Versi 02 Berbasis Mobile Apps, Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK) , Delivery on Line, Inaportnet, Simlala dan layanan lainnya,” pungkas Menhub Budi Karya. ( Baca juga:Disebut Ancaman Nomor Wahid oleh Biden, Ini Kata Rusia )
Hingga saat ini, negara telah hadir dan sudah membangun lebih dari 50 pelabuhan, 293 unit kapal yang terdiri dari 116 unit kapal perintis, 14 unit kapal kontainer, 6 unit kapal ternak dan 18 unit kapal rede dengan 2 unit digunakan sebagai kapal rumah sakit yang telah dioperasikan dan 138 kapal pelayaran rakyat telah dihibahkan kepada pemerintah daerah.
(uka)
tulis komentar anda