Inflasi Rendah Berlanjut, Ekonomi RI Sulit untuk Pulih

Selasa, 03 November 2020 - 09:05 WIB
“Efeknya tentu semakin lambat pemulihan ekonomi terjadi dan berdampak ke serapan tenaga kerja yang masih rendah,” kata Bhima saat dihubungi MNC Portal News di Jakarta kemarin. (Baca juga: Usai Liburan Kembali Bugar dengan Olahraga Ringan)

Menurutnya, inflasi yang rendah khususnya di Pulau Jawa lebih dipengaruhi oleh rendahnya belanja kelas menengah dan atas. Perilaku menahan belanja masih jadi faktor utama selama masa pandemi.

Sementara belum optimalnya sektor pariwisata seperti hotel dan restoran membuat permintaan bahan-bahan makanan dan jasa transportasi cenderung rendah.

“Biasanya libur panjang membuat inflasi naik, tapi Oktober lalu arus wisatawan lokal masih sedikit. Jika tren inflasi rendah terus berlanjut, maka pendapatan dunia usaha semakin kecil. Bahkan bisa menutup operasional bisnisnya karena antara harga jual dengan biaya produksi semakin tipis selisihnya,” terangnya.

Pengamat ekonomi Nailul Huda menambahkan, jika melihat secara lebih detail angka inflasi, maka terlihat ada yang menarik. Penyumbang inflasi salah satunya adalah kelompok kesehatan dan transportasi pribadi.

“Artinya, inflasi yang terjadi juga merupakan akibat dari pandemi. Orang lebih banyak mengeluarkan keperluan untuk kesehatan. Masyarakat juga banyak beralih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi umum,” katanya saat dihubungi terpisah. (Baca juga: 7 Provinsi Tercatat Nihil Penambahan Kasus Corona)

Inflasi juga ditopang oleh barang-barang bergejolak seperti cabai dan bawang merah. Untuk cabai, kenaikan harga ditimbulkan oleh perubahan musim dan cuaca saat memasuki musim penghujan. Produksi cabai bisa dibilang akan rentan berkurang.

Akibat itu, pasokan cabai akan berkurang karena permintaan tetap maka harga akan meningkat. “Begitu juga dengan bawang merah. Jadi memang benar inflasi ini dipengaruhi oleh cuaca dan musim penghujan. Dan, memang sudah diprediksi akan terjadi inflasi untuk bulan ini, setelah tiga bulan terakhir mengalami deflasi,” bebernya.

Di sisi lain, inflasi yang terjadi pada Oktober 2020 cukup memberikan sentimen positif untuk ekonomi Indonesia. Ekonom CORE Piter Abdullah menyatakan, inflasi menunjukkan ada perbaikan permintaan yang sebelumnya melemah. “Terjadinya inflasi, walaupun masih sangat rendah, menghentikan deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut. Hal ini tentunya menggembirakan karena sedikit-banyak menunjukkan adanya perbaikan permintaan,” ucap Piter. (Lihat videonya: Gubernur DKI Umumkan Kenaikan UMP 2021 di Tengah Pandemi)

Menurutnya, inflasi yang rendah sudah diperkirakan. Rendahnya demand akibat masih terbatasnya aktivitas sosial ekonomi membuat inflasi terjadi pada bulan ini. “Dan, sebagian masyarakat kehilangan daya beli menyebabkan inflasi terjaga rendah atau bahkan deflasi,” pungkasnya. (Kunthi Fahmar Sandy/Rina Anggraeni)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More