Eropa Lockdown Lagi, Pasar Saham Bisa Terkoreksi
Minggu, 08 November 2020 - 15:05 WIB
JAKARTA - Kenaikan kasus Covid-19 terus menjadi perhatian pelaku pasar. Peningkatan kasus telah memaksa beberapa negara melakukan penguncian kembali atau lockdown dan cenderung menghalangi tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, Inggris memasuki penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus Covid-19.
"Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi," kata Hans Kwee di Jakarta, Minggu (8/11/2020).
( )
Di Amerika Serikat (AS) , kata Hans, presiden terpilih Joe Biden kerap dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di Negeri Paman Sam untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarang terjadi.
Sementara itu, harapan stimulus fiskal AS yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Demokrat. Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan partai Demokrat di DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijakan stimulus fiskal dalam jumlah besar.
"Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi Amerika Serikat sulit cepat pulih," katanya.
Tanpa gelombang biru, selain menghalangi stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS. Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy.
( )
"Hal ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham Amerika Serikat terkoreksi," tandasnya.
Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, Inggris memasuki penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus Covid-19.
"Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi," kata Hans Kwee di Jakarta, Minggu (8/11/2020).
( )
Di Amerika Serikat (AS) , kata Hans, presiden terpilih Joe Biden kerap dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di Negeri Paman Sam untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarang terjadi.
Sementara itu, harapan stimulus fiskal AS yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Demokrat. Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan partai Demokrat di DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijakan stimulus fiskal dalam jumlah besar.
"Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi Amerika Serikat sulit cepat pulih," katanya.
Tanpa gelombang biru, selain menghalangi stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS. Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy.
( )
"Hal ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham Amerika Serikat terkoreksi," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda