Rupiah dan IHSG Diramal Lebih Perkasa Tahun Depan
Minggu, 22 November 2020 - 04:04 WIB
JAKARTA - Perekonomian global pada tahun 2021 diperkirakan masih dalam proses pemulihan, didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal di banyak negara maju yang bersifat ekspansif dengan suku bunga rendah mendekati nol persen. Menurut Pengamat Ekonomi Piter Abdullah, kondisi ini menyebabkan likuiditas global masih akan terus berlimpah.
"Adanya ekspektasi bahwa pandemi akan bisa berakhir pada tahun 2021 berpotensi mendorong aliran modal mengalir ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan demikian, IHSG dan nilai tukar Rupiah secara bertahap berpotensi menguat dibandingkan dengan tahun ini," ujar Piter di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Rupiah yang stabil, didukung inflasi yang masih akan stabil rendah, membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga acuan yang lebih rendah.
Dengan demikian, kata Piter, Bank Indonesia berpeluang kembali menurunkan suku bunga acuan maksimum 50 bps dan akan membawa suku bunga acuan ke level 3,5%, terendah sepanjang sejarah kebijakan moneter di Indonesia.
Dengan asumsi skenario pesimis, pelaksanaan vaksinasi berjalan lambat dan pandemi belum bisa berakhir pada tahun 2021, bahkan kasus Covid-19 meningkat sehingga mendorong terjadinya pengetatan PSBB kembali, pemburukan di sektor riil diperkirakan akan terjadi, yang kemudian merambat ke sektor keuangan.
( )
Adapun indikator indikator sistem perbankan akan mulai memburuk, tingkat Non-Performing Loan (NPL) berpotensi melonjak melewati batas psikologis lima persen. Pemburukan pada kualitas kredit selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan serta menggerus modal.
"Sebaliknya, dengan asumsi skenario optimis, pandemi akan berakhir pada triwulan ketiga 2021 dan perekonomian akan berangsur pulih lebih cepat, sehingga akan mendorong penguatan kembali sektor perbankan," ungkap Piter.
"Adanya ekspektasi bahwa pandemi akan bisa berakhir pada tahun 2021 berpotensi mendorong aliran modal mengalir ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan demikian, IHSG dan nilai tukar Rupiah secara bertahap berpotensi menguat dibandingkan dengan tahun ini," ujar Piter di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Rupiah yang stabil, didukung inflasi yang masih akan stabil rendah, membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga acuan yang lebih rendah.
Dengan demikian, kata Piter, Bank Indonesia berpeluang kembali menurunkan suku bunga acuan maksimum 50 bps dan akan membawa suku bunga acuan ke level 3,5%, terendah sepanjang sejarah kebijakan moneter di Indonesia.
Dengan asumsi skenario pesimis, pelaksanaan vaksinasi berjalan lambat dan pandemi belum bisa berakhir pada tahun 2021, bahkan kasus Covid-19 meningkat sehingga mendorong terjadinya pengetatan PSBB kembali, pemburukan di sektor riil diperkirakan akan terjadi, yang kemudian merambat ke sektor keuangan.
( )
Adapun indikator indikator sistem perbankan akan mulai memburuk, tingkat Non-Performing Loan (NPL) berpotensi melonjak melewati batas psikologis lima persen. Pemburukan pada kualitas kredit selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan serta menggerus modal.
"Sebaliknya, dengan asumsi skenario optimis, pandemi akan berakhir pada triwulan ketiga 2021 dan perekonomian akan berangsur pulih lebih cepat, sehingga akan mendorong penguatan kembali sektor perbankan," ungkap Piter.
(ind)
tulis komentar anda