Sama-sama Tahan Diri, Sri Mulyani Pecut Perbankan dan Korporasi
Selasa, 08 Desember 2020 - 12:35 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta sektor keuangan dan korporasi segera bergerak. Sektor keuangan seperti perbankan diminta mulai meyalurkan kredit , sedangkan korporasi diminta berani mengambil kredit.
"Kalau yang satu tidak berani mengambil kredit atau yang satu tidak berani memberi kredit, maka ekonomi akan pingsan," cetus Sri Mulyani melalui siaran video, Selasa (8/10/2020).
(Baca Juga: Indeks Manufaktur Meningkat, Airlangga: Bukti Pemulihan Ekonomi Jalan)
Sri Mulyani mengakui, pandemi Covid-19 memberikan tekanan luar biasa kepada sektor keuangan, termasuk perbankan. Pasalnya, di masa pagebluk ini, risiko kredit melonjak tinggi. Akibatnya pertumbuhan kredit pun menurun.
"Saat ini pertumbuhan kredit hampir di level nol persen atau bahkan negatif. Pertumbuhan kredit yang sangat lemah tidak mungkin meningkatkan ekonomi kita," tutur dia.
Karena itu, pemerintah bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencoba memformulasikan strategi untuk mendorong sektor keuangan dan korporasi untuk segera siuman.
Beberapa kebijakan yang telah diambil adalah relaksasi bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk penundaan pembayaran pokok kredit selama 6-9 bulan. Selain itu, ada pula subsidi bunga untuk para pengusaha kecil. Sehingga, mereka tidak mengalami tekanan dari pembayaran kredit.
(Baca Juga: BNI Optimistis Kredit Korporasi Terus Tumbuh hingga Akhir Tahun) Pemerintah juga memberikan jaminan pinjaman modal kerja agar sektor jasa keuangan berani memberi pinjaman untuk pengusaha. "Karena kalau terjadi NPL (non-performing loan/kredit bermasalah), tidak terkena CKPN-nya karena dijamin pemerintah. Perusahaan juga jadi berani meminjam. karena kalau terjadi default juga dijamin pemerintah," tandasnya.
"Kalau yang satu tidak berani mengambil kredit atau yang satu tidak berani memberi kredit, maka ekonomi akan pingsan," cetus Sri Mulyani melalui siaran video, Selasa (8/10/2020).
(Baca Juga: Indeks Manufaktur Meningkat, Airlangga: Bukti Pemulihan Ekonomi Jalan)
Sri Mulyani mengakui, pandemi Covid-19 memberikan tekanan luar biasa kepada sektor keuangan, termasuk perbankan. Pasalnya, di masa pagebluk ini, risiko kredit melonjak tinggi. Akibatnya pertumbuhan kredit pun menurun.
"Saat ini pertumbuhan kredit hampir di level nol persen atau bahkan negatif. Pertumbuhan kredit yang sangat lemah tidak mungkin meningkatkan ekonomi kita," tutur dia.
Karena itu, pemerintah bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencoba memformulasikan strategi untuk mendorong sektor keuangan dan korporasi untuk segera siuman.
Beberapa kebijakan yang telah diambil adalah relaksasi bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk penundaan pembayaran pokok kredit selama 6-9 bulan. Selain itu, ada pula subsidi bunga untuk para pengusaha kecil. Sehingga, mereka tidak mengalami tekanan dari pembayaran kredit.
(Baca Juga: BNI Optimistis Kredit Korporasi Terus Tumbuh hingga Akhir Tahun) Pemerintah juga memberikan jaminan pinjaman modal kerja agar sektor jasa keuangan berani memberi pinjaman untuk pengusaha. "Karena kalau terjadi NPL (non-performing loan/kredit bermasalah), tidak terkena CKPN-nya karena dijamin pemerintah. Perusahaan juga jadi berani meminjam. karena kalau terjadi default juga dijamin pemerintah," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda